Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengetik 10 Jari Itu Biasa


Blogwalking itu menyenangkan. Karena dari blog yang kita kunjungi itu biasanya bisa muncul ide bekal konten blog sendiri. Tidak percaya? Pos soal BlogIt! yang sudah kalian baca itu kan berkat blogwalking ke blog-nya Antung Apriana hehe. Kamis kemarin saya blogwalking ke blog berjudul De Eka. Judul pos blog-nya yakni Game-Game Menarik Untuk Meningkatkan Skill Bekerja. Dari judulnya saja sudah sangat menarik. Secara, saya gres saja pos soal game jadul pembunuh waktu. Nah, bagaimana bisa sebuah game mampu meningkatkan skill bekerja? Kalian bisa membaca goresan pena lengkapnya di blog De Eka. 

Baca Juga : Kami Latu Untuk Miu

Salah satu game yang ditulis di sana yakni game untuk meningkatkan skill mengetik sepuluh jari. Kutipan dari blog-nya: Banyak game yang bisa dipilih untuk berguru mengetik 10 jari. Tinggal cari saja di Google dengan kata kunci "game mengetik 10 jari". Kalau saya dulu berguru mengetik 10 jari menggunakan game "Typer Shark Deluxe". Atau gunakan rapid typing tutor ... gamenya sangat ringan.

Jadi, saya pengen membahas ihwal mengetik sepuluh jari.

Bapa saya yang ganteng dan kini ngelawak di surga, Insha Allah, punya daerah kursus berjulukan Sapta Indria. Kursus-kursus semacam ini dulunya berjulukan Pendidikan Luar Sekolah Oleh Masyrakat atau disingkat DIKLUSEMAS. Entah kini masih ada atau sudah ditiadakan DIKLUSEMAS ini. Kursus yang diselenggarakan di rumah yakni kursus mengetik, kursus bahasa Inggris, dan kursus akuntansi. Itulah sebabnya ruang tamu rumah saya begitu luasnya lantaran dulu digunakan untuk meletakkan meja-meja panjang dan kursi-kursi serta papan tulis. Seperti ruang kelas pada umumnya. Semua akseptor kursus tentu akan mendapat sertifikat.

Sejak kecil saya sudah terbiasa memegang mesik ketik. Eh, bukan hanya memegang tapi juga ikut mengetik menghabiskan tinta pita hingga buram hahaha. Kalau kalian bingung, kalian niscaya pernah melihat printer berpita kan? Nah sistemnya kira-kira sama lah menyerupai itu. Bedanya jikalau printer berpita itu naskahnya sudah kita siapkan di komputer, sedangkan mesin ketik naskahnya tertera eksklusif dikala mengetik. Alangkah baiknya menghindari kesalahan mengetik jikalau tidak mau menggunakan type ex.

Gara-gara melihat saya mengetik itu lah, maka Bapa menganjurkan saya untuk ikutan kursus, berbarengan dengan murid-muridnya, yang usianya jauuuuh di atas saya. Sekarang pun usia mereka tetap jauuuuuh di atas saya. Ya iya laaaah. Saya eksklusif sepakat dan terdaftarlah nama saya di buku besar Sapta Indria sub kursus mengetik. Yipie! Menjadi murid kursus mengetik dengan mentor Bapa sendiri tidak mendapat prioritas apa-apa. Saya mengikuti kelas sama menyerupai murid lain, dimarahi sama menyerupai murid lain. Bedanya, selepas kelas puluhan mesin ketik itu menjadi milik saya ;) dan saya bebas menggunakan yang mana pun untuk meningkatkan skill. Cieee. Herannya, dari puluhan mesik ketik itu saya cuma hafal satu merek: Brother.

Teknik ASDFG(SPASI)

Memegang mesik ketik bukan berarti kalian eksklusif disuruh mengetik naskah / cerita. No no no. Selama kurang lebih tiga bulan pertama murid kursus mengetik hanya mengenal teknik ASDFG(SPASI) dan ;LKJH(SPASI). Itu dulu yang dipelajari dari hari ke hari menyerupai zombie. Bagaimana ASDF(SPASI) dan kawan-kawannya bisa membikin murid kursus mengetik bisa mengetik sepuluh jari? Cekidot:

Tangan Kiri:
Jari Kelingking = A.
Jari anggun = S.
Jari tengah = D.
Jari telunjuk = F + G.
Ibu jari = Spasi.

Tangan Kanan:
Jari Kelingking = ;.
Jari anggun = L.
Jari tengah = K.
Jari telunjuk = J + H.
Ibu jari = Spasi.

Jadi yang tertera di kertas:

asdfg ;lkjh asdfg ;lkjh asdfg ;lkjh asdfg ;lkjh dan seterusnya sampa penuh kertasnya, dibalik, diketik lagi. Pengulangan ini merupakan latihan untuk mensinkronkan otak dan jari bahwa kelingking tidak punya hak di luar daerahnya yaitu A serta barisan atas dan bawah yaitu Q dan Z. Demikian pula jari-jari lainnya. Saya pikir hingga di sini kalian sudah paham.

Baca Juga : Studio JP Photography

Setelah otak dan jari sudah sinkron, sudah benar-benar oke, dan itu memang sudah niscaya lantaran proses belajarnya, maka pelajaran berikutnya yakni mengetik naskah. Naskah sudah dicetak oleh Bapa (dulu kami juga punya mesin stensil). Setiap murid mendapat naskah yang sama dan pada dikala ini lah murid melatih kemampuan mengetik sepuluh jarinya. Jangan dipikir gampang loh, lantaran ASDFG(SPASI) dan ;LKJH(SPASI) niscaya beda sama KARUNIA TUHAN PADA UMAT MANUSIA yang otomatis terdiri dari huruf-huruf berbeda baris. Hanya saja sesudah tiga atau empat kali berguru mengetik naskah, kecepatan mengetik yang awalnya pelan, perlahan meningkat. Jari-jemari yang sudah erat dengan tuts mesin ketik itu begitu lihai menari-nari.

Setelah itu ada ujian yang lebih tepatnya disebut pra ujian besar dengan pengawas Bapa sendiri. Nilainya dilihat dari siapa mengetik naskahnya paling cepat, koreksi typo dan kurang huruf, dan lain sebagainya. Di ujian ini kita tidak bisa curang lantaran jikalau curang kecepatan mengetiknya niscaya kalah sama yang lain. Curang = mengetik sebelas jari alias telunjuk dan telunjuk. Lagi pula mana bisa curang sesudah otak dan jari sudah berhubungan dengan sangat baik.

Apakah berhenti hingga di situ? Tidak. Kurus mengetik yakni kursus yang menyiapkan murid-muridnya sanggup bekerja kantoran dan/atau menjadi sekretaris. Oleh lantaran itu murid kursus mengetik di Sapta Indria juga berguru ihwal banyak sekali surat, bagaimana menciptakan kop surat, bagaimana tubuh surat, bagaimana pecahan suku kata sehingga justify yang dilakukan manual itu tidak salah kaprah, dan lain sebagainya. Kalian niscaya tertawa jikalau tahu dulu untuk membikin justify saya harus menghitung jumlah suku kata dan memperlihatkan spasi dobel-dobel untuk rata kanan sebuah naskah semoga terlihat rapi.

Mengetik Sistem Buta
Menjelang ujian final sebelum mendapat sertifikat, dilaksanakan latihan mengetik sistem buta. Buta di sini, Bapa memang menyiapkan kain buat menutup mata. Karena Mamatua itu ahli menjahit (dengan belasan mesin jahitnya Mamatua mengajar jahit pada kaum ibu), maka Mamatua menjahitkan epilog mata untuk kebutuhan mengetik sistem buta ini. Bayangkan, SEPULUH JARI + SISTEM BUTA. Naskahnya (naskahnya beda-beda, Bapa punya banyak naskah) dibaca oleh Bapa, murid-murid mengetikkannya.

Sistem buta ini tidak jarang mengakibatkan jari kepeleset hingga tertanam diantara tuts haha. Tapi asyik dan menyenangkan, apalagi jikalau jadinya rapi!

Kursus mengetik di Sapta Indria menimbulkan saya menyerupai kini ini. Kecepatan mengetiknya tidak mengecewakan tentangan sama cahaya dan tanpa melihat keyboard laptop.

Sayangnya zaman kini sudah jarang, atau tidak ada(?), orang menggunakan mesin ketik. Selain tidak praktis, repot lantaran jikalau dibawa ke mana-mana tentu berat, dan ributnya bukan main! Tapi zaman kini jarang ada orang yang bisa mengetik sepuluh jari lantaran mereka mengenal komputer/laptop untuk eksklusif berguru aplikasi-aplikasi dasar contohnya Word atau Excel. Begitu disuruh mengetik naskah selembar, lamanya bisa berjam-jam hanya lantaran masih mencari aksara di keyboard. Bakal diketawain sama jawara-jawara mesin ketik! Hehe.

Saya memang tidak bisa sombong untuk hal-hal lain, tapi untuk urusan mengetik ... saya boleh sombong *dilempar batako*. 

Baca Juga : Kita, Orang Indonesia

Proses pindah haluan dari mesin ketik ke komputer saya alami tahun 1994. Yang terjadi yakni kekuatan jari menekan tuts pada keyboard itu bikin (alm.) Kakak Toto ngakak guling-guling. Yaaa mau bagaimana lagi ... mesin ketik butuh tenaga ekstra sedangkan keyboard komputer, apalagi laptop, cukup sentuhan-sentuhan halus saja.

Kemudian saya mulai menggunakan Wordstar dan Lotus 1-2-3. Kalian niscaya tidak mau tahu susahnya mengetik skripsi menggunakan Lotus 1-2-3. Saya pernah mengetik puluhan skripsi, membantu Abang Nanu yang dulu punya perjuangan pengetikan (bukan menyusun, hanya mengetik), menggunakan Lotus 1-2-3. Bagaimana mengatur ini itu, bikin kepala sakit hehe. Kemudian datanglah Office dengan dua aplikasi yang paling sering digunakan: Word dan Excel.

Bagi kalian yang membaca ini dan masih mengetik sebelas jari alias dua telunjuk, cobalah berlatih sistem ASDFG(SPASI) menyerupai yang sudah saya jelaskan di atas. Tidak perlu mesin ketik, pakai komputer/laptop dan aplikasi Word atau Notepad saja. Sistem ini juga saya ajarkan pada Kakak Pacar semoga proses mentransfer isi kepala ke lembaran Word atau Notepad menjadi jauh lebih cepat. Kan asyik mengetik pos blog hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit maksimal. Itu pun tiga puluh menit sudah ditambah mengedit foto (resize & rename) dan menambah tautan.

Mengetik sepuluh jari sistem buta akan memberi kalian fasilitas untuk mentransfer isi kepala ke lembar Word atau Notepad lantaran jikalau kelamaan mengetik, idenya justru hilang/meluap. Itu berdasarkan saya. Entah berdasarkan kalian.

Baca Juga : Kemajuan Peserta Kelas Blogging NTT

Semangat!

Semoga bermanfaat.

*Foto mesin ketik pada awal pos saya ambil dari Wikipedia, dan mesin ketik jenis itu dulu juga ada di Sapta Indria.



Cheers.