Bagi Kau Yang Ingin Pergi Merantau
Bersyukurlah kawan, alasannya yaitu banyak orang lain yang tidak punya kesempatan untuk merantau. Bisa jadi alasannya yaitu alasan dana yang tidak mencukupi, izin orang bau tanah yang tidak ingin jauh dari anak kesayangannya, atau mereka yang mempunyai tanggung jawab dirumah yang tidak bisa ditinggalkan.
Namun ada juga yang tidak merantau alasannya yaitu tidak ada keinginan atau tidak mempunyai alasan untuk pergi merantau.“Untuk apa saya merantau? Toh disini saya udah nyaman, saya bersekolah dan bekerja dengan nyaman, bersahabat dengan keluarga, orangtua dan juga teman-teman.”
Merantau atau tidak, keduanya tidak ada yang salah.
Banyak yang bilang, orang batak itu harus merantau kalau sudah beranjak dewasa. Hal ini berbeda dengan saya, justru ketika itu orang bau tanah lebih menginginkan saya menetap di kampung halaman.
Tidak Mendapat izin orang bau tanah untuk merantau
“Lulus Sekolah Menengan Atas dan mau lanjut kuliah di luar kota? Disini aja lah nak, nanti kalau ada pembukaan lamaran kepolisian, coba disitu. Atau nanti tunggu ada lowongan PNS. Atau kuliah aja di kampus disini yang dekat-dekat semoga bisa sambil buka usaha”Ahh tidak…
Saya anak bungsu dari 3 bersaudara yang sempurna, ada kakak wanita di nomor 2, dan kakak pria nomor pertama, imam kami sehabis Ayah tercinta.
Saya ini si anak bungsu yang maunya harus diturutin yang permintaannya paling banyak. Daripada harus merepotkan terus dirumah, atau paling tidak kalau saya jauh masih ada 2 lagi yang bersahabat dengan mereka, (pikir si bungsu).

Sejak duduk di kursi sekolah saya sudah punya keinginan untuk melanjutkan pendidikan di luar kota, Bogor ataupun Bandung yang ketika itu menjadi tujuan. Padahal sejujurnya tidak tau mau kemana, mau ke Universitas mana kaki ini akan dilangkahkan.
Yang terang keinginan memulai kehidupan diperantauan yaitu salah satu harapan saya sebagai langkah menggapai harapan yang sebenarnya.
Movitasi Saya Ingin Pergi Merantau
Di kursi Sekolah Menengan Atas saya sudah aktif memakai layanan internet dan bermacam-macam media sosial, mungkin darisini lah fatwa ketika itu mulai berubah.Saya yang ketika itu membuka jasa perbaikan komputer/laptop, sangat terbantu dengan keberadaan internet. Melalui forum-forum, blog pribadi, website produk-produk komputer, itu semua sangat membantu bagi saya yang ketika itu berguru secara belajar sendiri menjadi reparator komputer.
Darisana, saya mengenal orang-orang di dunia maya, mereka banyak membantu kalau ada kesulitan jikalau ada hal-hal yang belum saya mengerti. Sayangnya, sebagian besar dari mereka yaitu yang berdomisili di Pulau Jawa dan lulusan Universitas-universitas di Pulau Jawa.
Ini masih salah satu alasan saya ingin melanjutkan kuliah di Pulau Jawa. Kebetulan beberapa bulan sebelum kelulusan SMA, saya sudah diterima sebagai mahasiswa Teknik Komputer di salah satu Universitas di Bogor.
Keinginan saya sepertinya semakin bulat, “Saya akan banyak berguru disana, banyak orang-orang hebat disana yang bisa membantu saya untuk saya berhasil. Saya bertekad tidak akan mengecewakan mereka berdua, dan benar-benar akan memperlihatkan hasil yang memuaskan dalam waktu 3-4 tahun kedepan”
Alhamdulillah, dengan segala keridhaan orang tua, saya mendapat izin untuk melangkahkan kaki ini ke negeri perantauan.
Teringat dengan riwayat yang dikisahkan dalam hadist Sunan Abi Dawud No. 2540 Kitabul Jihad, seorang sahabat yang hijrah untuk jihad pada masa Rasulullah.
… dari Abi Said al-Hudriyi: Sesungguhnya ada seorang pria dari Yaman hijrah pada Nabi, maka Nabi bertanya: “Apakah engkau mempunyai seseorang di Yaman?”
Laki-laki itu menjawab, “Kedua orang tuaku”.
Lalu Nabi bertanya kembali, “Apakah keduanya memberi izin engkau?.”
Laki-laki itu menjawab, “Tidak”.
Nabi bersabda: “Kembalilah kau pada keduanya, maka mintalah izin pada keduanya, jikalau mereka memberi izin maka berjihadlah, namun bila tidak memberi izin maka berbuat oke kau kepada mereka”.
Ingin Merantau Namun Tidak Disetujui Oleh Orang Tua
- Dari hadist diatas, sanggup kita pahami bahwa berbuat baik kepada kedua orang bau tanah derajatnya melebihi Jihad fii Sabilillah (termasuk merantau).
Kawan, keberadaan kita dimuka bumi ini tidak lepas atas usaha mereka berdua, maka berbuat baik kepada mereka yaitu satu kewajiban yang harus dilakukan sebelum kita menuntut keridhaan mereka.
- Kenalilah dirimu dan juga kemampuanmu.
Ceritakan dengan jujur rencana apa yang akan kau lakukan disana. Apakah kau hanya ingin berkuliah atau ada hal lain yang ingin kau lakukan di perantauan dan bagaimana kau melakukannya.
Ingatlah bahwa mereka tidak diciptakan di zamanmu dimana sekarang dunia telah banyak berubah. Ceritakan dengan terang rencana perjalananmu diperantauan sehingga mereka benar-benar sanggup membayangkan hendak kemana dan apa akan dilakukan anaknya di perantauan.
- “Apa cita-citamu nak?” Jangan ragu-ragu menjawab, “Saya akan jadi Dokter yang handal! Saya akan jadi seorang Guru Proffesional! atau apapun itu..” Kawan, semestinya kau sudah remaja menentukan dan target apa yang kau kejar. Stop budaya ikut-ikutan, sahabat kuliah ikut kuliah, sahabat kesana ikut, kesini ikut. Tanamkan pemahaman bahwa rencana ini untuk dirimu demi nasibmu kedepan.
Jika kau merantau hanya alasannya yaitu teman-temanmu yang lain juga merantau, sehingga kau masih ragu-ragu akan cita-citamu, jangan salahkan mereka kalau tidak memberi izin.
- Berikan mereka alasan dan pandangan yang terang mengenai tempat/universitas yang kau pilih.
Dengan sasaran yang kau miliki, peluang apa yang diberikan universitasmu, ibarat apa lulusannya, atau alasan-alasan lain diluar itu ibarat suasana kota, lingkungan, dan sebagainya. Mereka akan sanggup membayangkan kondisi lapangan ibarat apa yang akan dilalui anaknya nanti.
- Kamu sudah lakukan point diatas?
Tentunya orang bau tanah kau akan menawarkan jawaban. Coba dengar baik-baik seluruh pertimbangan mereka dan jawab seluruh keraguan mereka dengan sopan dan lemah lembut serta hindarilah perdebatan. Pahami benar-benar apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka inginkan.
Percayalah, mereka sangat menyayangimu. Orang bau tanah akan melaksanakan apapun demi kebahagiaan anak-anaknya. Jika mereka tidak memberi izin, maka cobalah mengikuti keinginan mereka dan bila tekadmu untuk merantau tetap melekat, bersemangatlah! Coba kau ulangi lagi dari point 1.
... .. ...
4 tahun lalu… “Ya, kami izinkan”..Satu kalimat yang saya dengar ketika orang bau tanah menawarkan izin untuk si bungsu mereka merealisasikan niatnya untuk melanjut hidup di kota orang. Satu kalimat yang tidak semerta-merta mereka lontarkan.
Sebab “ini perihal masa depan anakku kelak”.
Yah, siapa lagi yang mati-matian memperjuangkan masa depan saya kalau tidak mereka.
Satu kalimat sebagai menandakan mereka telah mempercayakan saya untuk mempertanggung jawabkan amanah yang mereka berikan.
Benar kata orang, "merantau itu menyedihkan".
Jauh dari orang tua, jauh dari teman-teman dan kerabat lama. Hidup sanggup berdiri diatas kaki sendiri sangat dituntut di tanah perantauan. Mulai dari mengelola keuangan bulanan, uang makan, uang kost, transportasi kebutuhan perkuliahan dan lain-lain. Jaga diri, memilah-milah yang baik dan jelek demi kemaslahatan hidup.Berusaha tetap rutin memberi kabar kepada keluarga di kampung halaman ibarat apapun kondisi ketika itu, sebagai bentuk rasa sayang kepada mereka salah satunya yaitu menghilangkan rasa kekhawatiran yang mereka rasakan.
Benar kata orang batak, “Di perantauan itu, harus bisa mematahkan segala keterbatasan. Apa yang ga bisa diangkat, harus bisa diangkat!”
Kalimat ini menawarkan energi yang luar biasa dan selalu terngiang setiap ketika menghadapi keterbatasan di perantauan. Banyak makna dari kalimat ini, penerapannya pun cukup luas. Dari hal kecil ibarat dulunya saya tidak pernah mencuci pakaian sendiri, hari ini harus bisa! Masak sendiri, harus bisa!Kawan, sangat disayangkan kalau di perantauan kita tidak melatih hal-hal kecil ibarat mencuci pakaian, perlengkapan makan.
Kamu lebih menentukan memakai cara instant ibarat menentukan untuk melaundry pakaian? Memilih makan diluar/warung dan tidak mengatur agenda makanmu secara teratur? Kamu seorang perempuan? Belum pernah memasak? Tidak bisa memasak? Belajarlah! Sekalipun satu semester kau hanya mengetahui bagaimana caranya merebus sayur dengan benar.
Kawan, ingatlah!
Ini yaitu soal tanggung jawab. Ciptakan perubahan yang lebih baik dari dirimu, mulai dari hal kecil, sekecil apapun bahkan yang tidak terlihat sekalipun.
... .. ...
Sebentar, kalimat-kalimat diatas bukan untuk menawarkan ceramah untuk kau pembaca. Melainkan diri saya sendiri. Semua nasihat-nasihat diatas bergejolak dikepala saya. Hingga kini. Saya seringkali membuka goresan pena ini sendiri untuk membangkitkan semangat diri.Rapuh memang diri ini :D
Kerasnya tanah perantauan seringkali berhasil menciptakan nyali ini ciut dan ingin menyerah.
Ah, rasanya ku ingin pulang saja!!
Sumber https://www.fathurhoho.id/