Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Karena Setiap Pengetahuan Itu Ada Harganya

 Memang aneka macam goresan pena di blog ini yang isinya ngasal Karena Setiap Pengetahuan Itu Ada HarganyaTulisan ini aku terbitkan 2 tahun kemudian (2016), dan dikala aku baca-baca ulang. Kok rasanya kurang berkualitas. *ehh.  Memang aneka macam goresan pena di blog ini yang isinya ngasal, aku juga tidak begitu memikirkannya. Agar nanti dikala ‘gabut’ tetap ada yang bisa aku kerjakan.


Tahun 2017, dunia tengah mengajarkan aku bahwa untuk berguru sesuatu itu tidak harus ada ‘guru’ ibarat di sekolah. Tidak harus ada meja dan papan tulis ibarat di perkuliahan. Katanya: “apa yang ada di slide/materi kuliah itu bisa dengan ‘mudah’ di dapatkan di internet”

 Memang aneka macam goresan pena di blog ini yang isinya ngasal Karena Setiap Pengetahuan Itu Ada Harganya

Tepat sekali. tahun kemudian keputusan aku matang menjadi ‘calon sarjana gagal’. Saya tidak melanjutkan jadwal ekstensi di salah satu universitas swasta di Jakarta.


Belajar Tidak Harus di Sekolah/Kampus

Contohnya, ketika SMA, disaat teman-teman sibuk mengerjakan PR matematika, fisika, biologi. Saya malah sibuk berguru komputer. Dari orang lain, guru (teman emak aku di sekolah). Kami mengatur jadwal semoga aku tiba ke rumah ia di malam hari.


Memang ga patut dipamerkan sih, tapi aku gembira dengan pengalaman ini. Saat Sekolah Menengan Atas sudah bisa mengantongi uang 50-200ribu setiap kali mereparasi komputer/laptop teman, saudara, guru sekolah. Hingga kuliah.


Harga Tidak Harus Selalu Dinilai Dengan UANG

”Nanti, jika sudah bisa. Jangan pernah nolak jika ada yang minta diajarin ya thur. Kan ini ilmunya sederhana”, kata Bang Ammar, orang yang ngajarin aku dulu. Pesan ini masih aku ingat, hingga sekarang. InsyaAllah akan selalu aku amalkan.


Pernah ketika semester final kuliah, aku butuh komputer dan ‘tidak punya waktu’ untuk ngerakit dan install2 dan lainnya. Di Bogor, ada sentra reparasi komputer, tepatnya di warung jambu. Kaget saja ketika instalasi komputer biayanya hingga 150ribu.


Sulitnya Menentukan Reward

Sampai lulus kuliah, aku kesana kemari untuk melamar pekerjaan. Serius, disini aku kaget. Hampir tidak ada perusahaan yang mau menunjukkan honor yang sesuai aku harapkan, katanya;

  1. Fresh graduate; ga punya pengalaman. *padahal aku merasa cukup berpengalaman di bidang yang aku lamar
  2. Ah, cuma lulusan D3; ini ngeselin. Maaf maaf aja, yang sarjana juga belum tentu kemampuannya diatas kami yang D3.

Kalau begini, mending pulang aja. Usaha dirumah. Gaji UMR mau makan apa. Idealisme kesombongan mulai melunjak.


Harus Bisa Menghargai Orang Lain Terlebih Dahulu

Bagi aku yang ‘kerjaannya’ di bidang komputer, mungkin berontak ke ‘kang reparasi’ ketika diminta biaya segitu. Namun sebenernya inilah egoisnya manusia, tidak bisa menghargai pekerjaan orang lain. Maka aku teringat kasus diatas, jika aku juga ngaco jadi manusia. Ini semakin aku sadari ketika ‘dewasa ini’ suka main ke pasar.


Melihat emak emak menawar barang dagangan, sering kali terlontar perkataan ibarat ini: “ah, cuma ini. Di kampungku harganya ga sampe 50ribu”. Sering (bukan emak saya, emak ga begitu orangnya). Pesannya adalah: kita tidak bisa membayar orang lain, stop membanding-bandingkan dengan hal lain yang belum tentu sama kualitasnya.


Gaji di Indonesia Sangat Rendah

Ini aku yakin semua paham lah. Contohnya “Lowongan Kerja Staff IT” yang mempunyai requirement layaknya superman. (saya ambil dari blog mas vavai PT Excellent).
IT Network Infrastructure & Operation
(Bekasi dan Karawang)
Persyaratan:
  • Pria, usia 20-30 tahun.
  • Pendidikan D3 atau S1 teknik informatika atau ilmu komputer.
  • Minimal pengalaman 1 tahun.
  • Menguasai konsep jaringan switching dan routing.
  • Menguasai Mikrotik: Load balancing, VPN, filtering, dll.
  • Menguasai OS Windows server/client, Linux, Mail server, Web server, Virtual Machine, RAID, backup sistem, dll.
  • Mengetahui/menguasai Basic Programming: VB, PHP, Java, dan database.
  • Mampu melaksanakan instalasi jaringan kabel UTP, STP, dan FO, computer, printer, fax, dan software di lingkungan server/client.
  • Memiliki SIM A

Dengan kemampuan superman begini, berdasarkan nalar sehat sih gajinya minimal “20 juta”. Sayangnya, tidak, dan jangan harap. Paling tinggi juga 6 juta. Tapi banyak yang mau. Entahlah.  Lagian sehabis aku menjalani dunia kerja, engga mungkin juga seorang karyawan melaksanakan semua hal diatas. Serius.


Tentukan Nilai Tukar Sendiri

Ada prinsip: “emas, mau digimanain juga tetap emas”. Orang yang pintar, mau maju, mau berusaha, mau gimana juga niscaya akan berhasil. Tidak digaji tinggi, bukan berarti tidak berhasil. Indonesia gajinya rendah (emang di luar negeri yakin bisa punya honor tinggi?).


Di Indonesia, orang IT kurang dihargai, katanya. Maka beri penghargaan pada diri sendiri. Saat ilmu tidak bisa dibayar dengan uang, maka investasikan menjadi amal perbuatan. Maka pahala dan komitmen Allah menjadi bayarannya.


Impas yah ^ ^


Sumber https://www.fathurhoho.id/