Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jangan Jadi Mahasiswa Kuped (Kurang Pede)

 saya melihat aneka macam mahasiswa yang kuped Jangan Makara Mahasiswa Kuped (Kurang PeDe)Iya, kuped. Alias kurang pede. Ketika kuliah, saya melihat aneka macam mahasiswa yang kuped.
Bukan berarti saya dulu ga kuped ya, kuped juga, tapi ga parah-parah amat lah. Kurang percaya diri itu salah satu penghambat kesuksesan.

Apalagi masa-masa menjadi mahasiswa bisa dikatakan menjadi masa yang sangat penting untuk membentuk jati diri, lompatan terbaik menggapai cita-cita, menyongsong masa depan yang lebih indah. Berikut ini ciri-ciri mahasiswa yang kurang pede.
 saya melihat aneka macam mahasiswa yang kuped Jangan Makara Mahasiswa Kuped (Kurang PeDe)

1. Takut Bertanya

Misalnya jikalau sedang mencaritau lokasi “ruang dosen” di kampus, begitu banyak orang kemudian lalang di sekitar, tapi mahasiswa kuped ini lebih menentukan untuk keliling gedung. Ada loh yang menyerupai ini.

Fakta yang lebih kasatmata lagi bisa dilihat ketika proses perkuliahan di kelas. Biasanya dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa nya untuk bertanya.

Ada mahasiswa yang ketika itu bener-bener tidak paham, tapi malah takut mengajukan pertanyaan. Entah takut dibilang pertanyaannya tidak berkualitas, atau memang takut sama dosennya.
Padahal dosen sendiri yang ngasih kesempatan untuk bertanya, lantas, ngapain takut coba?

Inget, biaya kuliah itu mahal.  
Adalah hak kita sepenuhnya untuk memahami materi kuliah. Dan dosen bertanggung jawab memfasilitasi itu. Sayang sekali kalau takut bertanya dan lebih menentukan untuk karam dalam gemerlapnya kebingungan.

2. Takut Bertanya, Tapi Seneng Mencemooh Teman yang Bertanya

Masih berkaitan dengan rujukan 1. Ini masih menjadi budaya pembelajaran jelek yang belum terpecahkan hingga sekarang. Kalau ada seorang mahasiswa yang bertanya, biasanya ada mahasiswa lain yang mencemooh. Entah alasannya ialah dipikir kalau itu pertanyaannya bodoh, atau ngerasa udah paling paham.

Parahnya lagi, pas nanya malah dicemooh rame-rame. Sedih kan ya? Tapi mereka itu bersama-sama lebih menyedihkan lagi. Dulu ada beberapa mata kuliah yang suasana kelas kurang kondusif,  terkesan 'bebas', mahasiswa pada berisik, tiap kali ada yang bertanya, niscaya di cemooh.

Perna suatu kali saya bertanya... tapi saya menyisipkan satu kalimat di selesai pertanyaan saya:
“kalau teman-teman ada yang bisa membantu menjawab pertanyaan saya, silahkan. Saya akan sangat berterima kasih”. Dan hasilnya… seluruh mahasiswa terdiam.

Artinya..
Mereka yang suka mencemooh itu ternyata kuped nya lebih parah. Jangan menyerupai ini, rasa takut dan aib bertanya itu hanya penghambat, kalau mau paham ya harus berani bertanya.

3. Tidak Berani Tampil

Sama menyerupai masa-masa sekolah, di perkuliahan juga mahasiswa sering diberikan kiprah kelompok. Yang nanti risikonya akan di presentasikan. Mahasiswa kuped biasanya paling ga berani presentasi. Banyak alasannya.

Tapi saya yakin, beliau niscaya bisa. Minimal, jikalau beliau paham dengan materi yang akan dipresentasikan, bisa lah kiranya diungkapkan satu dua paragraf. Masalahnya yang pertama, tidak mau belajar.

Walaupun tidak ada mata kuliahnya, kemampuan presentasi sangat penting.


Kita kuliah untuk belajar. Belajar untuk ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan ini nantinya yang menciptakan kita mempunyai produk, baik itu barang maupun jasa. Agar produk ini laris terjual, harus di presentasikan, dijelaskan, ditampilkan ke orang-orang. Benar begitu bukan?

4. Ga Pede Jalan Sendirian, Musti Ada Temen

Pernah merhatiin gak, ada orang yang kalau jalan ke kampus ga berani jalan sendirian. Kalau duduk di depan kelas, ga berani sendirian. Pokoknya harus ada temannya, paling bagus kalau gerombolan.
Entah alasannya ialah beliau takut dibilang 'gapunya teman', atau apalah, saya ga ngerti.

Walaupun efek nya ga berat-berat amat. Kuped yang ini menjadi indikator mahasiswa kuped akut.
Why? Mahasiswa ini ga punya cahaya nya sendiri (udah kaya matahari aja bang). Iya gitu..
Dia lebih suka sembunyi di keramaian, beliau berpikir ga ada satu hal pun dari dirinya yang layak untuk ditampilkan.

5. Ikut-Ikutan, Ga Punya Prinsip

Di perkuliahan, ada banyak gerombolan mahasiswa. Mau jenis yang mana? Kaum-kaum pengejar IPK ? Ada. Model majalah dinding? Ada. Abang-abang dandan? Ada.

Di satu sisi, mahasiswa kuped ini belum menemukan passionnya. Teman kesana ikut, kesini ikut.
Dia gapunya kesibukan untuk dirinya sendiri. Mari kita ambil rujukan dari sikap mahasiswi aka ciwi-ciwi kampus.

Biasanya wanita paling 'stress' untuk persoalan penampilan. Hal ini berlaku terutama di universitas yang 'membebaskan' pakaian mahasiswa nya. Ada mahasiswi yang habis-habisan merombak penampilannya, tanpa sama sekali memikirkan kondisi keuangan, demi ikut-ikutan dan tampil eksis.

Alhasil… menor.
Saudariku, jadilah diri sendiri. Tampil menarik itu baik, tapi jangan memaksakan diri. Stop ikut-ikutan! Percayalah, kau bagus apa adanya. Kualitas prinsipmu yang lebih utama.

6. Udah Nyontek, Galau

Biasanya kalau sanggup tugas, sebisa mungkin saya harus bisa menceritakan dengan kata-kata menurut pemahaman saya sendiri. Suatu ketika ada sahabat yang 'mencontek' kiprah saya.

Eh do'i malah galau. “Eh emang kata si Bapaknya kudu pake gambar ya thur? Urutannya boleh diganti-ganti ya thur?”

Point: Kalau tugasnya meminta klarifikasi menurut pendapat sendiri, ya bebas kan mau kisah apa saja didalam, benar gak? Kamu mau pakai gambar, pakai grafik, pakai tabel, pakai diagram, pakai video, ga ada persoalan kan.

Kurang Percaya Diri, "Ada Apa Dengan Mereka?"

Banyak faktor yang menghipnotis mahasiswa menjadi kurang percaya diri. Beberapa dari mereka mungkin ada yang terkendala di ekonomi sementara mereka harus bersanding dengan orang-orang yang mempunyai level ekonomi diatas mereka.

Oleh alasannya ialah itu, saya sangat gembira dengan kampus IPB. Mahasiswa diwajibkan berpakaian sopan, celana bahan, dan kemeja. Begitu juga aksesorisnya. Boleh memakai jeans dan kaos polo hanya di jum'at dan sabtu.

Efeknya, tidak ada perbedaan, semua sama rata. Mahasiswa. Kita tidak dipandang anak siapa, disana anak pejabat, disini anak dosen, kanan anak petani, kiri anak nelayan. Ga keliatan.

Faktor yang lain, ada mahasiswa yang mempunyai sedikit persoalan yang jadi hambatan pergaulan, menyerupai hambatan logat bicara, keras/lembut suara, yang memang sulit untuk melatihnya. Terutama mereka yang merantau.

Harusnya kita bisa mengerti dan tetap berusaha memahami mereka.

Namun sangat disayangkan, masih banyak teman-teman yang suka mencemooh sehingga mereka seringkali merasa terasingkan. Sadar atau tidak.. ada sedikit banyak ucapan dan sikap kita yang kurang pantas ternyata bisa menawarkan efek tekanan kepada seseorang.
" If you see someone being interrupted in a conversation, acknowledge them, don’t let them be pushed to the side. if you see someone lagging behind, walk beside them. if someone is being ignored, take the step to include them. always remind people of their worth. it hurts when it feels like you’re being forgotten. that small gesture can mean a lot."
Rosebeaches

Sumber https://www.fathurhoho.id/