Penjurian Lomba Sangkar Natal
Sabtu, bertepatan dengan Hari Ibu tanggal 22 Desember 2018, telah dilaksanakan penjurian Lomba Kandang Natal. Awalnya kami mengira jurinya yakni Oma Mia Gadi Djou dan anggota Arisan Widow-wati menyerupai Lomba Pohon Natal (tahun 2017) dimana kami keluar sebagai juaranya. Ternyata jurinya bapak-bapak. Haha. Mari yuk. Yuk mari.
Baca Juga: Mengetik 10 Jari Itu Biasa
Begitu melihat tim juri mendekati ruangan UPT Publikasi dan Humas, saya pribadi rapikan jilbab, bedakan, pasang bulu mata, tebalkan blush on *halaaaah*. Sebelum juri bertanya, saya pribadi menjelaskan perihal Kandang Natal ini.
Selamat siang, Bapak ... *berdehem*
Sesuai persyaratan lomba yaitu membikin Kandang Natal minimalis dan dari materi yang ada, maka kami berusaha untuk sanggup memenuhi persyaratan tersebut. Konsepnya minimalis ... *sambil mikir, benarkah ini minimalis?*
Persyaratan yang kedua yaitu dari materi yang ada, maka kami membikin semua ini dari materi yang ada atau mendaur ulang barang bekas. Kardus, karton, koran, kalender, stik es krim, bekas wadah deodorant, hingga serbuk *sambil menunjuk boneka Bunda Maria, Yosef, gembala, domba, dan lain sebagainya*
Bapak sanggup lihat, ini Pohon Natal yang kami bikin tahun lalu, terbuat dari koran yang dianyam *menunjuk Pohon Natal legendaris*
Yang gres hanya cat, sebab cat tidak sanggup didaur ulang *entah mereka mendengarkan atau tidak*
Salah seorang juri bertanya: temanya apa?
*Amaaak, ini temanya apa ya? Ah jawab saja* Ini temanya kelahiran Yesus Kristus *asli ngasal level galaksi*. Karena di Israel pada masa itu tidak ada bambu, jadi kami berinisiatif membikin gua.
HA HA HA HA.
HA HA HA HA.
Saya yakin semua yang ada di ruangan, alias rombongan para juri termasuk Pak Super Boss, niscaya pengen menampar bibir saya. Maafkan, kadang bibir saya jikalau berbicara tidak permisi dulu sama otak. Pak Super Boss cuma sanggup senyum-senyum.
Baca Juga: 2019 Tetap Nge-Blog
Ya! Selesai sudah penjuriannya. Mereka memerhatikan ini itu, mencatat ini itu, mengangguk-angguk sambil bernyanyi trilili lili lili lili ...
Biasanya pengumuman juara akan dilakukan sesudah liburan, usai Upacara Bendera, dalam kegiatan menikmati masakan ringan bersama. Berharap jadi juara? Pasti doooonk. Setiap orang yang ikut lomba, berdasarkan saya, sedikitnya di dalam hati mereka niscaya ingin menjadi juara. Tapi jikalau pun tidak juara, tidak mengapa, yang penting sudah berpartisipasi, turut meramaikan. Janganlah hingga gara-gara tidak juara kemudian manyun dan tidak mau ikutan lomba-lomba berikutnya. Bocah dinosaurus banget itu mah.
Usai penjurian, kami masih asyik-asyikan di ruangan, karaokean malahan. Terus, para panitia EGDMC berkumpul untuk kegiatan pembubaran panitia. Sepulangnya saya ke rumah, pribadi rebah di lantai saya masih harus membikin stik keju pesanan bumil Irma Pello. Sebenarnya tahun ini tidak mendapatkan pesanan stik keju tetapi demi sahabat yang sedang ngidam stik keju, oke ... mari kita membikinnya.
Sudah selesai? Bisa leyeh-leyeh? Tidaaaak! Malamnya saya masih harus mengikuti program keluarga di rumah Abang Nanu Pharmantara. Ada hantaran balik dari pihak wanita untuk keponakan saya sesudah program Buku Pelulu itu.
Padat jaya.
Baca Juga: Mengetik 10 Jari Itu Biasa
Liburan sudah dimulai. Mari kita cek daftar undangan jalan-jalan ... ke mana kita?
Cheers.