Kenapa Kita Gemar Sekali Mengkonsumsi Hoax?
Kenapa sih, kok kita gemar sekali turut andil dalam penyebaran hoax? Eloklah kiranya saya jadikan tulisan, berharap sehabis ini kita tak lagi terjerumus dalam hinanya perhoax-an.
Menurut saya, ada 5 penyebab kenapa masyarakat kita gemar sekali dengan hoax.
1. Engga sadar jikalau tengah dimanfaatkan
Ya iyalah, mana ada hoax jatuh dari langit. Tapi yang perlu dipahami disini adalah, hoax dibentuk oleh oknum, orang, kelompok tertentu, bukan tanpa tujuan. Hoax biasanya dibentuk demi kepentingan politik, atau demi kepentingan komersil.Sebagai seorang blogger, saya sedikit banyak paham jikalau topik politik, agama, dan selebriti simpel viral, dan biasanya rentan dengan hoax. Masyarakat tanpa dipaksa pun, ikut berbondong-bondong menyebarkan informasi tersebut. Tanpa dicross-check terlebih dahulu.
2. Mau show off, biar dibilang paling up to date
Ada banyak orang yang menyerupai ini, ulet banget nyebarin berita. Oh ya.. jikalau si hoax creator itu biasanya ngebuzzer di medsos, (twitter, fb, ig, dll) pakai akun clonengan yang banyak banget, ia ngeshare hoax, tapi jikalau direspon, ya ga dibales.Tapi kerabat kita yang satu ini, merasa ia paling up to date, dan biasanya sok tau. Mungkin pengennya gini “gue yang pertama kali ngeshare”. Padahal, yang ia share itu informasi hoax.
3. Terlalu anu dalam beragama
Entahlah ini saya sebutnya apa, bukan fanatik. Sebab saya termasuk golongan yang oke “kalau agama ya mesti fanatik”. Tapi yang saya maksud ini, anunya, eummm... Yah, benar, agama yang kita ikuti ialah yang benar berdasarkan kita. Bukan berarti orang lain harus salah dan dzalim.Begini, pernah dapet broadcast/forward yang ngirim-ngirim foto atau video tragis kekejaman negara anu terhadap Islam negara anu? Ini kerabat saya banyak beut yang suka nyebarin itu media. Lantas saya pribadi percaya? Maaf, engga segampang itu.
Darimana saya tahu foto diatas ialah anak2 yang dibakar oleh tentara Z? Darimana saya sanggup memastikan bahwa wanita-wanita yang berbaris di dalam ruangan berparas murung itu ialah perempuan muslimah korban pelecehan dari oknum Y? Darimana? Dari judul berita?
Gimana kalo foto tersebut justru peristiwa kebakaran di negara lain yang justru tidak ada kaitannya sama sekali dengan peperangan? Bagaimana jikalau saya bilang jikalau ibu-ibu diatas ialah pelaku kejahatan yang tengah kena ciduk?
Sebagai umat muslim, perasaan saya sering berkecamuk, jikalau ada yang broadcast pesan menyerupai itu, selalu saya tanyakan pertanyaan diatas. “Maaf, antum kok sanggup tahu jikalau itu ialah sobat muslim kita di palestina? Sumbernya darimana?”
Biasanya, engga sanggup jawab. Ga sanggup buktikan. Sedih bray, kita umat muslim diajarkan semoga tetap tabayyun dalam mencerna informasi (al hujurat:6)
4. Gak melek internet
Internet dah masuk ke indonesia semenjak kapan tahu, rata-rata orang kini dah punya smartphone. Tapi ya itu, internetnya cuma dipake buat medsos dan update status ga jelas. Jarang sekali dipake untuk menelusuri kebenaran.Hasilnya? Ya gitu. Tidak salah berdasarkan cara pandang muslim jikalau saya katakan “mendustakan nikmat”. Ga dimanfaatin sih internetnya. Makanya ga melek melek. Kan simpel ya tinggal browsing. (no ask) emang gampang.
5. Emang lagi panik
Kejadian beberapa waktu lalu, di lombok dan palu. Di tengah bencana melanda, hoax pun datang. Saudara-sadara kita disana kesulitan terusan informasi, malah dapet broadcast “ntar jam sekian, bakalan ada gempa susulan, blablabla”.Semoga yang menyebarkan informasi hoax tersebut menerima ampunan.
Kesimpulan
Yuk, waspada hoax. Selalu telaah informasi yang beredar, jangan asal menyebarkan. Malu. Ada komunitas-komunitas anti hoax kok, di facebook, di telegram, dimanapun misalnya. Makara jikalau ada informasi viral biasanya nongol disana, hoax atau bukan.Satu lagi, kurang-kurangi membroadcast pesan di perpesanan instant. Dari yang saya perhatikan, orang yang menyerupai ini kerjanya ngebroadcast doang, ia sendiri ga ngebaca apa yang ia broadcast.
Kalau emang kau mau membuatkan informasi, coba, dibaca, dirangkum, kemudian ceritakan, kemudian lampirkan sumbernya. Bisa gak? Mau lebih elegan lagi, nge-blog :) Sumber https://www.fathurhoho.id/