Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sebelas Alasan Kenapa Kita Engga Kunjung Pinter

 niscaya berharap karirnya meningkat dan gajinya nambah Sebelas Alasan Kenapa Kita Engga Kunjung PinterSaya percaya, setiap orang kan punya keinginan masing-masing, menyerupai target. Ada yang menargetkan “di umur sekian, saya harus sudah menyerupai blalala, udah bisa beli blalbla". Apapunlah itu... rujukan kecilnya seorang karyawan, niscaya berharap karirnya meningkat dan gajinya nambah, ya kan?

Sudah menjelang simpulan tahun, umur sudah menua. Mulai lah bertanya-tanya “Kok skill belum improve, ilmu kok belum nambah, sertifikat atau jabatan kok ga ada yang baru, dan lain sebagainya”.


Oh ya, engga termasuk pertanyaan “kok belum nikah?” Ini mah, takdir mas. Serius, takdir, sama kayak ajal. Tentunya dibarengi perjuangan dan ikhtiar. Saling mendoakan saja ya yaa yaa.

Bersyukur saya di awal tahun ini mulai membiasakan untuk menciptakan list goal semesternya, semoga di akhir-akhir tahun menyerupai ini bisa dievaluasi apa saja hal yang kurang dan yang perlu diperbaiki.

Jadi, goresan pena ini buat diri saya pribadi, tapi bila bermanfaat buat orang lain, why not?

1. Memang Belum Punya Target

Seperti tahun lalu, pengennya banyak, tapi engga ditargetkan, jadinya cuma angan-angan doang. Misalnya nih, tahun 2019 saya harus udah lulus CCNA, januari hingga maret berguru CCNA, sasaran sebelum idul fitri harus sudah lulus exam 200-125.

Kalau sudah ditargetkan menyerupai itu, sudah dicatet (dalem hati minimal). Andaikata engga tercapai, kitanya sendiri niscaya merasa berdosa, biasanya nyesel. Kecuali.. berhasil achiv hal lain yang nilainya juga engga kalah.

2. Belum Sadar Kalau Waktu Berputar Cepat

Saya termotivasi dari goresan pena mas Jon Westenberg di medium, judulnya "How to Invest Yourself". Darisana kita berguru menciptakan list sasaran jangka panjang dan jangka pendek, apapun. Misal, menulis novel, menciptakan usaha, jalan-jalan ke negara seberang. Silakan dibaca.

Saat kita melaksanakan hal produktif, apalagi hal tersebut kita sukai dan sesuai dengan passion. Rasanya 1 hari itu kuraang banget, pengen lebih panjang. Itu untuk hal yang produktif, masih kurang.

Apa jadinya bila dihabiskan hanya untuk berleha-leha penuh angan-angan? Sampai rambut memutih pun, ya ilmunya gitu-gitu aja. Okay, dua hal diatas mengenai mindset, selanjutnya lebih ke teknis how to achieve the goals.

3. Seneng Ngoprek Hal yang Bukan Prioritas dan Rendah Nilai Jualnya

Kebiasaan ngoprek ini bagus, banyak manfaatnya. Apalagi di masa internet sekarang, ngajarin kita troubleshoot. Ini pendapat dan pengalaman pribadi, misalnya tahun kemudian saya suka ngoprek linux, tapi gajelas arahnya. Asik ngulik-ngulik desktop mulu, bertahun menyerupai itu.

Padahal kemampuan linux diharapkan banget di dunia kerja sekarang. Gara-gara yang dioprek dulu gajelas, ketika ditanya "bisa ngapain aja pake linux". Jawabnya ga pede, wong waktunya habis buat anu-anuin desktop, oprekan paling sebatas bikin samba, bikin webserver, pfft.

4. Tidak Fokus ke Satu Path Skill

Masih berkaitan dengan nomer tiga. Hari ini ngoprek web server di linux, besok ngoprek java, besok ngoprek cisco, besoknya lagi ngoprek mikrotik. Hal yang tidak fokus menyerupai ini bikin skill ga improve.

Kalau di bidang networking tidak mengecewakan enak. Karena biasanya pekerjaan juga sudah dipisah menurut tracknya menyerupai service provider, security, data center, [routing switching wajib], setiapnya punya sertifikasi. Menurut saya ini membantu banget ketika belajar, jadi fokus ke satu track.

5. Pengen Kaprikornus Superman, Engga Pengen Kaprikornus Spesialis atau Tenaga Ahli

Di awal-awal mulai antusias dengan bidang IT. Hal yang masuk ke kepala itu banyak banget, pengen semuanya bisa dipelajari dan dikuasai. Padahal, fokus di bidang IT ada banyak banget. Agar bisa fokus dan menguasai programming aja udah butuh bertahun-tahun.

Dunia kerja juga biasanya tidak menghargai superman. Specialist atau tenaga hebat dibayar jauh lebih tinggi. Awal-awal memang tidak salah mencoba bidang IT satu dan lainnya, tapi ga boleh lama-lama. Pada jadinya memang harus ditentukan bidang mana yang mau difokuskan.

6. Cuma Ngoleksi Material (Buku, Video, etc)

Zaman sekarang, mau buku/video apa? Semuanya ada, bisa didapetin dengan gratis malah. Tapi fasilitas ini bikin kita jadi kolektor, storage di laptop cuma jadi perpustakaan tanpa pengunjung antusias. Semua buku-buku cuma didownload dan dikoleksi, ga pernah dipelajari.

Saya seorang kutu buku, dengan agenda 2 jam membaca setiap hari, saya butuh waktu 3 bulan menghabiskan buku (english) yang isinya 2ribu halaman. Ya tiap orang beda-beda, tapi dari pengalaman itu, ratusan buku ga ada gunanya dikoleksi.

7. Tidak Menghargai Material

Masih nyambung dengan nomer 6, ada yang bilang "ketika semuanya digratiskan, kau jadi malas dan tidak menghargai". Bener banget. Ya pula zaman kini bertebar video dan text konten pembelajaran gratis. Beda rasanya bila itu semua kita dapatkan dengan usaha.

Hal ini saya atasi dengan mengorganisir ebook di calibre, disana saya susun buku yang saya targetkan untuk dibaca. Kalau ada bahan baru, saya tahan godaan untuk mendownloadnya. Begitu juga blog-blog langganan sudah ditata rapi di rss feeder.

8. Tidak Membagikan Ilmu yang Sudah Diperoleh

Rasanya lezat banget sehabis baca buku, nambah ilmu baru. Tapi.. ini biasanya cepat hilang dari otak, nanti juga lupa. Sharing bisa dilakukan dengan diskusi di forum, share dengan teman, buat video, tulis di catatan atau di blog, banyak.

Serius, ilmu yang tadi sudah didapat, jadi lebih diingat bahkan jadi lebih paham bila sudah dibagikan ke orang lain. Ini saya jadikan ukuran "sudah paham atau belum". Ketika saya belum bisa menjelaskan ke orang lain, berarti saya ga paham.

Apalagi bila dari diskusi tersebut ada sobat se-bidang, jadi saling menyebarkan pengetahuan. Ada juga sih orang yang gamau bagi ilmu, mungkin sayang. Ya kalaupun mau, kita bisa dapet profit dengan ilmu. Banyak caranya, ya kan?

9. Terlalu Buang-Buang Waktu di Forum

Bagi orang yang sifatnya bahagia cerita, bahagia diskusi. Forum ini daerah yang 'harum banget', bidang apapun, apalagi terkait hobby. Nah bila sudah begini biasanya lebih banyak shitposting dan topic yang itu-itu saja, do not waste your time.

10. Kemampuan English yang Memprihatinkan

Engga bisa ditawar, bila kemampuan english masih rendah, memang harus belajar. Minimal kita bisa baca text english. Karena bila sudah bisa english, jarak capai yang bisa diraih semakin jauh dan lebar, hampir tanpa batas.

Karena faktanya, bahan yang levelnya sudah medium to advance, rata-rata bahasa inggris. Saya engga ngerti english. Sayang banget, padahal banyak video bagus, jadi ga ngerti mereka ngomong apaan. Thank to subtitle.

11. Tidak Membuat Jadwal Rutin

Tahun ini saya beri judul "make my own university". Karena saya terkendala melanjut kuliah. Kalau kita sepemikiran, dengan menciptakan agenda berguru sendiri, mudah-mudahan kita tidak tertinggal dibanding teman-teman yang kuliah.

Enaknya lagi, bisa berguru sesuai fokus yang kita inginkan. Kalau tidak punya agenda rutin, susah. Sudah dijadwalin aja sering absen sendiri, gimana bila belum? Berharap skillnya improve?

Simpulan

Sekali lagi ya, ini buat koreksi pribadi, bukan menggurui. Setelah difikir-fikir, sebelas alasan diatas yang menciptakan saya engga kunjung pinter. Semoga lekas bisa diperbaiki demi tahun depan yang lebih cerah. Hehe. Silakan bila ada tanggapan.

Sumber https://www.fathurhoho.id/