Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Wn] Shougaku Ichinensei Ni Modotta Node Kenjitsu Ni Ikiru - Chapter 46

 


Translator: Aaldiwang


Editor: Tanaka


Chapter 46 - Perintah Mutlak


Fakta bahwa beliau menggunakan topi dengan warna merah di segi depan berbincang bahwa beliau merupakan setannya, dan saya yang sudah tersentuh memiliki arti saya sudah tertangkap.

Tapi saya punya sesuatu yang kukhawatirkan sekarang.

"Mizui-san, ――Ini area terlarang, kan?"

Aku mengajukan pertanyaan pada Mizui-san, yang masih dalam posisi telungkup alasannya merupakan sehabis menarikku, dengan kedua lutut dan satu tangannya di atas tanah, sembari menyaksikan padaku.

Kebetulan, tangannya yang satunya memegang tanganku meski saya sudah ditarik ke rerumputan dan tak melawan.

Maksudku, kenapa ia sembunyi di kawasan ini?

Ini merupakan area yang tak boleh dimasuki selama rekreasi. Guru sudah memberi tahu kami beberapa kali sebelum kami memulainya, untuk menegaskan mudah-mudahan kami berada di jalan yang benar.

Aku percaya bukan cuma Mizui-san yang lupa untuk memperhatikan hal itu.

"Yeah, kukira begitu."

Dia menyikapi pertanyaanku dengan mengangguk.

Bagaimanapun, kalau beliau waspada dengan situasinya, saya heran mengapa ia melanggar perintah gurunya. Kupikir niscaya ada argumentasi yang sungguh manis bagi Mizui-san, seorang anak-anak, untuk melawan perintah gurunya.

"Jika kamu mengetahuinya, kemudian kenapa――"

"Karena saya ingn berduaan saja denganmu, Sho-kun."

Jawaban yang impulsif itu merupakan sesuatu yang tak terdengar sungguh penting.

Ditambah lagi, saya tak percaya bahwa ia, yang yang merupakan percontohan orang yang bertingkah baik, haus mengambil suatu langkah-langkah yang mungkin akan dimarahi oleh guru.

"Jika kita tak secepatnya kembali, bu guru akan memarahi kita."

Beruntungnya, tak satupun dari guru maupun siswa yang menyadari bahwa saya dan Mizui-san sudah menghilang.

Tapi itu cuma problem waktu. Ketika waktu habis dan aba-aba bahwa permainan rampung diberikan, seluruhnya akan menyadari bahwa kami tak disana.

"Aku sudah siap untuk itu."

"Aku tak siap."

Setelah saya dimarahi alasannya merupakan menerobos sekolah, kalau saya dimarahi lagi, saya akan dianggap selaku siswa bermasalah. Aku tak mau menjadi anak kelas satu yang memperoleh perhatian dari guru.

"Kalau begitu kamu mesti menyamakan pemikiranmu denganku."

"Tidak, saya tak sanggup memutuskan. Maksudku, saya tak mau memutuskan."

"Ini bukanlah permintaan, ini merupakan perintah. Itu merupakan hak istimewa dari setan yang sudah menangkapmu, dan itu mesti dipatuhi."

"Aku tak pernah mendengar peraturan seumpama itu."

"Bu guru memberi tahu kita sebelum permainan dimulai, "Bagi yang tertangkap mesti mematuhi 4 perintah dari si setan.""

Ada apa dengan peraturan seumpama pada permainan ajal ini?

Bagaimana sanggup peraturan semacam itu ditetapkan pada kegiatan wisata yang ramah untuk anak SD?

Aku tak sebegitu bodohnya sampai sanggup tertipu dengan kebohongan yang begitu jelas.

"Jangan bicara begitu, ayolah cepat kembali. Kita sedang dalam karya wisata, dan bukankah itu akan menghancurkan di saat guru murka pada kita?"

Aku bilang padanya dengan lembut.

Tapi Mizui-san tetap keras kepala dan menggelengkan kepalanya.

"Kita sudah berjanji, kan?"

"Berjanji? ――Ah, yang waktu itu."

Aku gelisah sesaat dengan kata-kata yang keluar sembarangan, tetapi kmudian saya teringat bahwa tujuannya yang waktu itu.

Maksudnya merupakan apa yang ia katakan di permulaan karya wisata, "Aku ingin kamu memberiku waktu untuk berdua denganmu saja."

"Ya, kini seluruhnya sedang asyik bermain kejar-kejaran, kita sanggup berduaan tanpa ada seorangpun yang mengganggu."

"Baiklah... Itu mungkin benar."

Memang benar setelah kegiatan wisata seumpama ini, nyaris setiap jadwal karya wisata akan selesai.

Jika itu terjadi, saya tak akan sanggup menyanggupi janjiku untuk berduaan di wisata ini.

Melewatkan peluang ini sama saja mengingkari janjiku.

Haruskah saya mempertahankan janjiku atau memperoleh omelan?

Setelah berpikir keras mengenai dua hal itu, saya memutuskan.

".......... Okay"

Aku menganggukkan kepala, meski dengan terpaksa.

Penilaian diri itu penting, tetapi kadang kala pertemanan dan keyakinan jauh lebih penting dibanding hal itu.

"Tapi kita mesti kembali di simpulan permainan kejar-kejaran. Apa tak problem bagimu?"

Aku tak percaya saya siap diceramahi, jadi saya memsakkan itu selaku suatu kondisi.

"Ya, saya akan menjalankan yang terbaik."

Itu bukanlah penawaran yang bagus, tetapi saya ingin kamu menjalankan itu.

Tetapsaja, itu akan lebih berfaedah jika Mizui-san mau mempertimbangkan hal ini.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter


Sumber https://mangabookktranslation.blogspot.com/