Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar Di Luar Ruangan Bukan Duduk Perkara Dengan Nika Chair


Tahun 1992 ketika gempa melanda (Maumere, Ende, dan sekitarnya) imbasnya sangat terasa pada acara belajar-mengajar di sekolah-sekolah yang bangunannya hancur menjadi butiran debu potongan-potongan kecil dan bahkan rata dengan tanah. Saya dan teman-teman tidak sanggup mencar ilmu di dalam kelas sebab kelasnya telah lenyap dalam hitungan detik pada siang hari 12 Desember 1992 itu. Untungnya sekolah kami dikelilingi oleh pohon-pohon rindang sehingga proses belajar-mengajar kemudian berlangsung di luar ruangan. Kami harus membawa tikar sebagai ganjal duduk, dan tentu saja harus menggunakan celana panjang (kemejanya tetap kemeja sekolah). Dulu aku juga pernah membawa dengklik (bangku plastik pendek).

Baca Juga:

Belajar di bawah ruangan tidak menyurutkan semangat aku dan teman-teman untuk menimba ilmu, akan tetapi angin sepoi-sepoi yang berhembus membikin mata menjadi gampang mengantuk, ditambah lagi tidur malam selalu terganggu sebab selalu terjadi gempa-gempa susulan. Gempa-gempa susulan itu meskipun terbilang kecil tapi selalu sukses menarik aku dari alam mimpi. Ngorok yang sudah berirama pun jadi tak beraturan. Hehe. Mengerikan memang musibah gempa, tetapi selalu ada pesan yang tersirat yang sanggup dipetik.

Sampai ketika ini, masih ada ribuan anak yang belum sanggup menikmati duduk di ruang kelas yang nyaman untuk menyerap ilmu dari guru mereka. Di SDI Daleng, misalnya, yang masih butuh pembangunan sekolah termasuk ruang kelas yang memadai. Anak-anak di SDI Daleng terpaksa mencar ilmu di luar ruangan. Itu gres di sekolahnya, belum lagi di rumah. Apabila rumahnya belum dipasang listrik, tentu mereka harus tetap mencar ilmu tapi hanya dengan penerangan nyala lampu pelita. Lilin? Mahal. Ada pula anak sekolah yang harus menempuh jarak yang sangat jauh untuk datang di sekolah. Tapi mereka menjalaninya dengan wajah penuh senyum.

Makanya aku heran bila ada anak kota, yang hidupnya baik, orangtua punya pekerjaan oke, tetapi malas belajar.

Kembali pada acara belajar-mengajar di luar ruangan hingga beralas tikar, ada teknologi yang diciptakan oleh Fraser Leid. Teknologi ini berjulukan Nika Chair. Penampakannya menyerupai pada gambar di bawah ini:


Itu penampakan apabila telah dipasangi kaki. Kaki Nika Chair (dua buah menyerupai yang nampak pada gambar) itu sanggup dileps dan disimpan di dalam ganjal duduknya yang nampak menyerupai tas laptop. Ruang di dalam tas tersebut, selain untuk menyimpan kaki Nika Chair, juga sanggup digunakan untuk menyimpan satu dua buku dan alat tulis. Seperti gambar (nomor 3) berikut ini:


Selain itu, Nika Chair juga dilengkapi dengan tali (selempang). Jadi, bila berangkat ke sekolah, belum dewasa sanggup menyelempangkannya di pundak:

Makanya Nika Chair disebut go anywhere chair :


Sedih ya melihat belum dewasa pada gambar di atas. Mereka harus membawa kursi sendiri ke sekolah sebab ketiadaan kursi di sekolah mereka. Untungnya yang mereka bawa itu Nika Chair. Andaikata semua belum dewasa sekolah diberikan kursi begini, cantik sekali ... demi pendidikan ... demi masa depan mereka kelak. Meskipun ruang kelasnya belum seberapa memadai, setidaknya mereka tidak perlu mencar ilmu sambil duduk di tanah/lantai.

Melihat Nika Chair, aku pikir kursi ini juga sanggup digunakan di rumah tangga. Kalau mau ruang tamunya unik, tinggal pasang lima Nika Chair; empat menjadi kursi, satu menjadi meja. Atau sanggup juga digunakan untuk meletakkan pot/vas di sudut ruang tamu. Selain itu, Nika Chair juga sanggup dijadikan meja. Duduk mengaso, buka laptop, laptop-nya diletakkan di atas Nika Chair. Boleh juga. Siapa tahu kalian berminat.

Berapa harga Nika Chair?

Ini informasi yang belum aku peroleh sebab di situsnya pun belum tertera harganya. Dan belum tahu juga apakah sudah ada di Indonesia. Kalau sudah ada, beritahu aku ya :)

Demikian #SelasaTekno hari ini, agar pos ini bermanfaat bagi kalian yang membacanya. Mungkin akan muncul ilham untuk menciptakan kursi serupa untuk anak Indonesia yang belum sanggup menikmati mencar ilmu di ruang kelas yang super nyaman. Bagaimanapun, pendidikan itu penting. Dan, penunjang pendidikan juga penting.


Cheers.