Sarasehan Di Smpn Satap Koawena
Akhirnya bertemu Jembatan Gantung warna kuning itu lagi. Jembatan yang membikin jantung berdegup lebih kencang. Padahal waktu pertama kali melintasi jembatan ini saya sudah bilang: tobat. Tapi setobat-tobatnya saya, siapa sangka bakal melintasinya lagi? Coba nonton video berikut ini supaya ikut mencicipi guncangannya. Thika Pharmantara saja hingga nyeletuk: Baca Ayat Kursi dulu! Haha. Koplak memang anak itu.
Cuplikan kisah perihal aktivitas ini sanggup dibaca di pos berjudul 5 Workshop Blog & Social Media. Sekarang saatnya bercerita panjang lebar perihal aktivitas yang digagas oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Informasi (FTI) dari Universitas Flores (Uniflor). Saya mendapatkan ajakan dari Kepala Tata Usaha FTI yaitu Om Ihsan untuk menjadi pemateri dalam aktivitas sarasehan dimaksud pada Sabtu, 17 November 2018. Begitu tahu lokasinya, jantung saya berdegup kencang alasannya ialah ... menyerupai yang sudah kalian lihat pada video di atas. Dududud.
Baca Juga : Mengetik 10 Jari Itu Biasa
Kegiatan sarasehan dimulai pukul 10.30 Wita sehabis saya tiba di lokasi pukul 08.00 Wita haha. Om Ihsan salah warta nih. Tapi tidak mengapa. Sambil menunggu, sambil sarapan nasi kuning, sambil mengobrol dengan beberapa mahasiswa FTI yang sudah duluan datang. Kegiatan sarasehan berlangsung di ruang laboratorium SMPN Satap Koawena yang terletak di Kelurahan Rewarangga, Kecamatan Ende Timur, Kabupaten Ende.
Ada tiga narasumber yang dihadirkan pada kesempatan ini. Narasumber pertama Wakil Dekan FTI Maria Adelvin Londa, S.Kom, M.T., yang memberikan materi tetnang Manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Pendidikan diantaranya perihal software dan hardware yang sering digunakan sebagai instrumen pendidikan dalam dunia pendidikan. Narasumber kedua dari Komunitas SocMed Ende Ihsan Dato, S.Sos., yang memberikan materi perihal Etika Penggunaan Media Sosial dengan slogan Piki Ne Ote Timba Ne Ate (berpikir dengan logika dan pertimbangkan dengan hati) yang bermakna dalam bermedia sosial wajib berpikir dan menimbang terlebih dahulu materi postingan sebelum diunggah ke media sosial. Kalau kalian pernah tahu soal Internetsehat atau ICTWatch, slogan menyerupai itu juga ada dalam bahasa Inggris yaitu: Wise While Online, Think Before Posting.
Sebagai pemateri ketiga (meskipun urutannya saya yang kedua), materi yang disampaikan ialah perihal Literasi Digital. Materi yang sama yang berasal dari Internetsehat. Saya mendapatkannya dari Kanaz di Kelas Blogging NTT. Sifat materi ini ialah creative common, artinya boleh disebarkan seluas-luasnya.
Hyess.
Yang menarik dari aktivitas ini ialah sesi tanya jawab. Awalnya saya pikir bawah umur Sekolah Menengah Pertama ini bakal enggan bertanya alasannya ialah materi disampaikan sudah menjelang siang, lapar dan haus itu pasti, mana pula sudah kebayang bakal main sama teman-teman alasannya ialah wiken. Tapi ternyata saya salah. Ketika Nata, moderator, menawarkan kesempatan bertanya, malah begitu banyak tangan yang diangkat ke udara. Wah, luar biasa. Lucunya, lima penanya pertama, perempuan, punya nama depan dan nama tengah yang sama dengan si moderator: NATALIA! Luar sanggup nama ini sakti banget hingga banyak digunakan hehehe.
Baca Juga : Kami Latu Untuk Miu
Pertanyaannya merata ditujukan untuk tiga pemateri. Senang sekali ketika salah seorang penanya berbisik pada moderator, "Mau tanya untuk Ibu yang pakai jilbab pink itu." Yang bikin saya ngikik dan balas, "Ini fushia bukan pink." LOL. Padahal mana saya tahu urusan warna begitu haha. Asal nyeletuk saja. Pertanyaan antara lain perihal referensi data pribadi itu menyerupai apa, perihal menjual hasil bumi lewat internet itu bagaimana, dan lain sebagainya.
Kegiatan berakhir pukul 13.30 Wita. Panjang juga kan? Iya, yang bikin panjang itu sesi tanya-jawabnya. Diakhiri dengan foto bersama, saya jadi pengen balik lagi ke sini dan ngasih materi soal blog dan kepenulisan. Semoga yaaa suatu dikala nanti. Sekarang fokus sama aktivitas lain dulu.
Semoga, semua materi / warta yang disampaikan sanggup bermanfaat bagi akseptor sarasehan, termasuk guru-guru, biar kami sanggup kembali ke SMPN Satap Koawena dengan jembatan gantung warna kuningnya yang cihuy itu.
Baca Juga : Dr. Zeus's Quote
Bagi saya, menawarkan materi menyerupai aktivitas di SMPN Satap Koawena itu membangkitkan kenangan perihal aktivitas serupa. Salah satunya, saya pernah mengajari bapak-bapak petani (kelapa, kakao, vanili dan lain sebagainya) di Hotel Silvia - Maumere. Materinya perihal membikin e-mail, membikin blog di Blogger, membikin akun media sosial, dan bagaimana mensinergikan blog dengan media sosial. Kan luar biasa. Hehe. Mungkin, sehabis agak terhenti sekian lama, akan kembali ada cerita-cerita perihal aktivitas serupa. Beda tempat, beda orang, beda materi. Yang jelas, bersedekah tidak selamanya harus dalam bentuk barang, dan berbagi tidak pernah merugi.
Semangat terus :)
Cheers.