[Wn] Shougaku Ichinensei Ni Modotta Node Kenjitsu Ni Ikiru - Chapter 34
Translator: Aaldiwang
Editor: Yoshida
Chapter 34 : Mizui Mengajukan
Di dunia anime dan manga, sering ada adegan dimana kamu bangkit di pagi hari dan menerima ada cewek yang tidur di sebelahmu.
Itu yaitu adegan yang sering sekali digunakan sampai sanggup dikatakan klise.
Namun, adegan itu masih digunakan di banyak sekali macam karya.
Ini sebab ada suatu percintaan di dalamnya.
Itu benar, ada percintaan lelaki disana.
Bangun di pagi hari dengan menerima perempuan berbaring di sampingmu dan tak terlindungi.
Apa yang lebih membahagiakan seorang lelaki lebih ketimbang itu?
Tak ada sesuatu menyerupai itu. Dan itu tak akan terjadi di kenyataan.
Itu hanyalah kisah fiksi. Itu kisah yang cuma terjadi di dunia fantasi.
Itu tak mungkin, dan itulah mengapa hal tersebut sungguh romantis.
Itu yaitu fakta yang kutahu dengan baik, dan saya mengerti itu.
――Bagaimanapun, saya mesti mengakui bahwa itu betul-betul terjadi.
Saat itu pagi-pagi sekali sehari sehabis Mizui-san berkunjung.
Mizui-san tertidur di sebelahku.
Meskipun saya sudah mengucek mataku untuk memastikan, dan saya sudah menengok ke arah lain kemudian menyaksikan lagi, saya percaya Mizui-san ada disana dengan mengenakan piyama.
Ini yaitu di saat sewaktu fiksi meningkat menjadi kenyataan.
Reaksi yang masuk akal untuk itu yaitu senang atau bingung, namun saya tetap tenang.
Dibandingkan dengan kelakuan Mizui-san yang sebelumnya (seperti mengikutiku kemana-mana), itu yaitu hal yang manis.
Sebenarnya, beliau sungguh manis di saat tidur.
Oops, maksudku bukan manis menyerupai itu. maksudku, itu tak penting.
Pokoknya, saya bukanlah perjaka yang terusik dengan hal-hal semacam ini.
Tapi itu bukanlah ilham yang cantik untuk berbaring di ranjang yang serupa dengan seorang cewek, jadi mari turun dari ranjang.
Kupikir begitu, dan di saat saya melalui Mizui-san untuk turun dari ranjang, saya melangkahinya sesaat.
"Sho, sudah waktunya bangun――"
Itu yaitu di saat ketika, dari segi lain, terlihat bahwa saya sedang mengangkang diatas Mizui-san.
Ibuku memasuki kamar di waktu yang terburuk, seakan beliau sudah merencanakannya.
Dan cuma di di saat menyerupai ini beliau lupa mengetuk pintu.
"..... Kau tak boleh melakukan itu di saat masih SD"
"Tidak, ini kesalah pahaman."
Ekspresi ibuku semakin tajam, dan saya menyangkal it sebisaku.
...... Yahh, beginilah yangelalu terjadi, kan?
─────── ******* ───────
Tepat jam 7 pagi.
Seluruh anggota keluarga dan Mizui-san sudah bangkit dan sedang sarapan di meja.
"...... Sho...... Jangan lakukan apapun untuk menyerang Mizui-chan."
"Buh-oh."
Kau menyampaikan itu pada suasana dimana Mizui-san berada sempurna di depanmu, di depan semua orang, bu?
"Tidak, tidak, tidak. Itu Mizui-san yang menyelinap ke kasurku."
"Perempuan macam apa yang masuk ke kamar dimana ada lelaki yang sedang tidur tanpa terjaga?"
"Guh!"
Pandangan kakakku betul-betul keliru.
Aku percaya Mizui-san tidur di sampingku, meski saya tak tahu kenapa.
Tentu saja, saya tak memindahkannya, dan beliau mungkin mengigau, namun saya sungguh percaya beliau tiba ke kasurku dengan sendirinya.
Bagaimanapun, kakakku benar, perempuan menyerupai itu bukanlah hal yang umum.
Meskipun beliau yaitu anak kelas satu yang belum masuk masa pubertas, beliau harusnya mengerti hal itu.
Jadi, saya tak sanggup membantahnya.
Kesaksianku seorang diri tidak akan dipercaya.
"Meskipun kamu sudah dewasa untuk terpikat dengan perempuan, ada hal baik dan jelek untuk dilakukan.
"Tidak, tidak, tidak, Ayah!"
Bahkan ayahku sudah menjadi musuhku.
Itu yaitu keputuan yang sempurna bagi seorang anak kecil yang melakukan sesuatu yang salah, namun saya ingin ia mendengarkanku, putra termuda, yang paling kecil.
Aku pasrah bahwa tak ada seseorang lagi yang akan mendengarkanku.
"Aku tak peduli apa yang Sho-kun lakukan padaku....."
""""Huh!?""""
Seluruh keluarga Itosaki terguncang dengan hal mengagetkan yang dikatakan Mizui-san dengan pipinya yang memerah.
Itu yaitu adegan sarapan yang hidup di keluarga Itosaki.
─────── ******* ───────
"Sho-kun, apa yang kamu lakukan?"
Saat itu jam 1:30 siang.
Mizui-san, yang sudah menyelesaikan makan siangnya dan menolong ibu mencuci piring, sudah simpulan melakukan tugasnya kemudian ia pergi ke kamarku.
"Aku belajar."
Tapi saya mempelajari pelajaran SMP.
Hanya sebab temanmu tiba berkunjung bukan memiliki arti kamu sanggup duduk-duduk dan bermain.
Kau mesti memasukkan banyak pelajaran ke dalam otakmu di saat kamu masih kecil.
Belajar yaitu prasyarat untuk mendapat pekerjaan yang patut di masa depan.
Kau tak sanggup mendapat pekerjaan yang cantik tanpa belajar.
Itu yaitu pelajaran yang kudapat dari kehidupanku yang pertama.
"Hee, kamu pekerja keras."
"Tidak, tidak terlalu."
Aku senang di saat orang memujiku dengan tulus.
Tetapi apabila temanku tiba berkunjung ke kamarku, saya merasa tak yummy berguru sendirian.
Aku cuma mulai berguru sebab beliau sedang menolong ibuku dan saya terlalu malas untuk melakukan hal lain.
Tak duduk urusan bagiku untuk cuma berdiam-diam saja, namun tak baik bagi tamuku, Mizui-san.
Aku menaruh pensil dan menutup buku.
"Ah, ini."
"Hmm?"
Mizui-san menunjuk ke suatu soal sebelum saya sempat menutupnya.
Itu soal persamaan linear yang kupelajari di kelas satu.
Itu yaitu soal yang sudah kuseleaikan, namun apa yang salah dengan itu?
"Kau menjawab ini dengan salah. x=3 disini."
"Apa?"
Aku meneliti lagi soal itu.
Benar katanya, respon ku salah.
"B-bagaimana kamu mengetahuinya?"
Meskipun itu cuma kesalahan perkiraan yang sederhana, itu bukan soal yang mudah untuk diselesaikan.
"Ada tutorial untuk menjawab soal ini."
Buku ini berisi soal dan penyelesaiannya di satu halaman yang terbagi, salah satunya ada di setengah kepingan kiri dan satu yang lain terdapat di setengah kepingan kanan.
Memang benar meski kamu tak mengenali soalnya, kamu sanggup mengerti bagaimana menyelesaikan persaman linear dengan menyaksikan buku ini.
Tapi ia cuma menyaksikan halaman ini kurang dari sepuluh detik.
Bagaimana ia sanggup membaca, memahami, dan mengarah pada respon dari soal yang sudah kuselesaikan kemudian menyelesaikannya sendiri cuma dalam waktu sesingkat itu?
"Kau akan mengenali sebagian besar jawabannya di saat kamu mengerti bagaimana cara menyelesaikannya."
"......"
Aku terdiam.
Kecerdasan murni. Orang yang terlahir dengan jenius yang alami.
Aku sungguh iri padanya.
Previous Chapter | Next Chapter
Sumber https://mangabookktranslation.blogspot.com/