Terapkan Ilmu Nabi Yusuf Yang Butuh 7 Tahun Untuk Atasi Krisis, Sandiaga Uno Siap Pulihkan Perekonomian Dengan Waktu 3 Tahun, Yakin Pak!
AntariMedia.com - Yang namanya kampanye sudah niscaya akan dibumbui dengan namanya bazar janji. Entah seabsurd atau sebombastis apapun, komitmen cantik bakalan tersaji oleh para politikus. Pemenuhan komitmen sih soal belakangan, alasannya yang paling utama yakni pesannya tersampaikan. Dan ketika pendengaran masyarakat mendengarnya, komitmen tersebut akan tersimpan di dalam ingatan.
Kampanye Pilpres 2019 kali ini penuh dengan sajian retorika yang kurang menarik, bahkan terbilang hambar. Ketika masing-masing kubu tidak beradu ide, melainkan saling memojokkan pesaing tanpa adanya data yang valid. Nah, ketika sebuah wangsit dibalut komitmen dikemukakan salah satu pasangan calon, sudah niscaya rakyat akan menantikannya.
Sayangnya, balutan komitmen itu dipandang terlalu berlebih, bahkan terbilang arogan. Hal ini tersaji kala Sandiaga Uno mengklaim kalau dirinya, bersama Prabowo, sanggup menuntaskan permasalahan eknomoni Indonesia hanya dalam kurun waktu tiga tahun, sudah niscaya respons negatif muncul. Terutama ketika Sandiaga Uno “menggandeng” Nabi Yusuf dalam retorika ini.
Saat berkampanye di Surabaya, Sandiaga Uno, bersama Prabowo, siap menuntaskan dilema ekonomi dalam waktu tiga tahun. Jika Nabi Yusuf butuh tujuh tahun untuk menuntaskan krisis ekonomi, pasangan Prabowo dan Sandiaga Uno percaya diri sanggup melaksanakan semua itu dengan lebih cepat.
“Nabi Yusuf butuh tujuh tahun. Insyaallah, saya dengan Pak Prabowo cukup tiga tahun saja guna memulihkan perekonomian Indonesia.” Guna mewujudkan komitmen yang disebutkan ini, Sandiaga Uno punya tiga kiat.
Pertama, pembangunan infrastruktur yang lebih terprogram, sinergi antara pemerintah dengan pengusaha, serta mengurangi impor. “Misalnya kita sanggup berhemat tiga tahun ke depan, kita hentikan impor yang tidak kita perlukan. Kita lakukan pembangunan infrastruktur yang lebih tinggi tapi lebih terprogram dengan baik. Kita sanggup balikkan keadaan ekonomi ini tiga tahun ke depan,” tambah Sandiaga Uno.
Soal sinergi antara pemerintah dengan pengusaha, hal ini terkait dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. “Dunia perjuangan pemerintah harus bersinergi dan pemerintah nggak sanggup sendiri untuk membuka lapangan kerja.”
Klaim ini menerima respons yang bermacam-macam, yakni dari Mohamad Guntur Romli, Juru Bicara PSI, menyebut klaim Sandi sebagai sebuah perilaku yang cukup arogan. “Ini arogansi Sandi, merasa lebih jago dari seorang nabi. Dalam mengatasi krisis, Nabi Yusuf memerlukan tujuh tahun, tapi Sandi mengaku bersama Prabowo sanggup mengatasi tiga tahun. Arogan!”
Lain lawan, terang lain kawan, yakni melalui Faldo Maldini, Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi, melaksanakan pembelaan. Faldo Maldini memandang Sandiaga Uno memang sangatlah paham dengan dilema ekonomi di Indonesia ini.
“Soal mengangkat ekonomi Indonesia, Bang Sandi sangat paham. Sudah ada hitungannya. Salah satu aja ya ini, sepuluh tahun sebelum puncak Bonus Demografi 2030, Indonesia akan semakin tinggi usia produktif, idan itu tu dimulai pada tahun 2012.”
Jadi, membaca pernyataan Faldo Maldini dan kecaman Guntur Romli, berdasarkan kamu, kalimat Sandiaga Uno itu sebuah janji, atau hanya unjuk perilaku arogansi semata?
Sayangnya, balutan komitmen itu dipandang terlalu berlebih, bahkan terbilang arogan. Hal ini tersaji kala Sandiaga Uno mengklaim kalau dirinya, bersama Prabowo, sanggup menuntaskan permasalahan eknomoni Indonesia hanya dalam kurun waktu tiga tahun, sudah niscaya respons negatif muncul. Terutama ketika Sandiaga Uno “menggandeng” Nabi Yusuf dalam retorika ini.
Saat berkampanye di Surabaya, Sandiaga Uno, bersama Prabowo, siap menuntaskan dilema ekonomi dalam waktu tiga tahun. Jika Nabi Yusuf butuh tujuh tahun untuk menuntaskan krisis ekonomi, pasangan Prabowo dan Sandiaga Uno percaya diri sanggup melaksanakan semua itu dengan lebih cepat.
“Nabi Yusuf butuh tujuh tahun. Insyaallah, saya dengan Pak Prabowo cukup tiga tahun saja guna memulihkan perekonomian Indonesia.” Guna mewujudkan komitmen yang disebutkan ini, Sandiaga Uno punya tiga kiat.
Pertama, pembangunan infrastruktur yang lebih terprogram, sinergi antara pemerintah dengan pengusaha, serta mengurangi impor. “Misalnya kita sanggup berhemat tiga tahun ke depan, kita hentikan impor yang tidak kita perlukan. Kita lakukan pembangunan infrastruktur yang lebih tinggi tapi lebih terprogram dengan baik. Kita sanggup balikkan keadaan ekonomi ini tiga tahun ke depan,” tambah Sandiaga Uno.
Soal sinergi antara pemerintah dengan pengusaha, hal ini terkait dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. “Dunia perjuangan pemerintah harus bersinergi dan pemerintah nggak sanggup sendiri untuk membuka lapangan kerja.”
Klaim ini menerima respons yang bermacam-macam, yakni dari Mohamad Guntur Romli, Juru Bicara PSI, menyebut klaim Sandi sebagai sebuah perilaku yang cukup arogan. “Ini arogansi Sandi, merasa lebih jago dari seorang nabi. Dalam mengatasi krisis, Nabi Yusuf memerlukan tujuh tahun, tapi Sandi mengaku bersama Prabowo sanggup mengatasi tiga tahun. Arogan!”
Lain lawan, terang lain kawan, yakni melalui Faldo Maldini, Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi, melaksanakan pembelaan. Faldo Maldini memandang Sandiaga Uno memang sangatlah paham dengan dilema ekonomi di Indonesia ini.
“Soal mengangkat ekonomi Indonesia, Bang Sandi sangat paham. Sudah ada hitungannya. Salah satu aja ya ini, sepuluh tahun sebelum puncak Bonus Demografi 2030, Indonesia akan semakin tinggi usia produktif, idan itu tu dimulai pada tahun 2012.”
Jadi, membaca pernyataan Faldo Maldini dan kecaman Guntur Romli, berdasarkan kamu, kalimat Sandiaga Uno itu sebuah janji, atau hanya unjuk perilaku arogansi semata?