Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kami Latu Untuk Miu


Sebelum membaca pos ini hingga selesai, silahkan baca dulu pos Nggela Kami Latu

Selasa, 6 November 2018, merupakan hari terbaik dan terberkati bagi kami semua. Teman-teman musisi di Kota Surabaya dan di Kota Ende menggelar panggung hiburan bertajuk Nggela Kami Latu. Secara harafiah Nggela Kami Latu berarti Nggela Kami Ada. Secara leksitas Nggela Kami Latu berarti kami semua, masyarakat Kota Ende yang berasal dari banyak sekali suku di Indonesia, selalu ada untuk masyarakat Kampung Adat Nggela yang tertimpa tragedi alam kebakaran pada 29 Oktober 2018 yang lalu. Ada untuk membantu, ada untuk berdiri bersama, ada untuk kalian.

Kami latu untuk miu.
Kami ada untuk kalian.

Di Kota Ende, malam penggalangan dana berupa panggung hiburan diselenggarakan di area parkiran Roxy Swalayan Ende. Sejak siang pukul 14.00 Wita, Steven Allyenser yang bertanggungjawab atas perangkat band dan soundsystem milik Adi Mbuik, serta teman-teman lain, sudah bergerak di lokasi untuk memasang backdrop, panggung, dan perangkat musik serta soundsystem. Kotak-kotak amal pun, pada pukul 16.00 Wita, sudah mulai diedarkan oleh mahasiswa Prodi Arsitektur Uniflor di sekitar area parkir hingga ke jalan. Acara gres betul-betul dimulai sesudah Shalat Maghrib.



Apa saja yang disajikan malam itu? Berbagai atraksi ibarat musik, stand up comedy, musikalisasi puisi, rap, dan beatbox.

Selama kurang lebih 4 (empat) jam program berlangsung, rasanya masih kurang, band-band yang mengiringi ialah Majesty Band, Clavitura Band, dan Arch Band (band anak Prodi Arsitektur Uniflor). Penyanyi-penyanyi solo antara lain Celly Pula, Angky Wa'u, Echa Adelina, Amir Piru, Andra, dan beberapa dari penonton termasuk mahasiswa PBSI Uniflor. Pembaca puisi antara lain Lely Kara, Kiki Arubone, serta dua mahasiswi PBSI Uniflor. Rap? Yoooooiiii dari Rapper Family Clan yang namanya kesohor itu. Stand up comedy dibawakan oleh salah seorang mahasiswa Prodi Arsitektur berjulukan samaran Bocor, qiqiqiq. Dan beatbox super kece dari seorang penonton berjulukan Bento.


Apabila tidak terkendala waktu, program malam itu dapat berlangsung hingga dini hari, tapi kami hanya punya ijin dari kepolisian hingga pukul 22.00 Wita. Mau tidak mau harus dilarang dan kotak-kotak amal kembali disimpan. Yang niscaya malam itu saya terpaksa menjadi MC padahal sudah veteran. Baaaah. Hahaha. Maaf pakai istilah veteran padahal saya bukan pensiunan tentara. Maksudnya, saya sudah usang tidak ngemsi. Sudah pensiun dini dari dunia per-MC-an. Tetapi sebab Dessy dan Oston malam itu tidak dapat hadir, saya harus dapat melakukannya. 


Malam itu Nggela Kami Latu di Kota Ende menghasilkan 4.910KK sedangkan di Kota Surabaya menghasilkan sekitar 14KK. Belum termasuk sumbangan yang dikumpulkan melalui networking dan sumbangan pakaian. Totalannya nanti bakal saya bocorkan. Yang terperinci lebih dari sekitar 20KK.

Alhamdulillah.

Untuk Kota Ende, itu gres dilaksanakan satu kali pada weekdays pula. Rencana bakal dilaksanakan lagi pada weekend. Semoga dapat menghasilkan lebih banyak untuk korban tragedi alam kebakaran Kampung Adat Nggela.


Dan tentu, kami semua merupakan satu kepingan dari aktivitas ini. Tapi ijinkan saya mengucapkan banyak limpah terima kasih kepada semua sahabat yang telah memperlihatkan pinjaman tanpa pamrih. Terima kasih manajer Roxy Swalayan Ende yang mengijinkan area parkirannya digunakan oleh kami. Terima kasih Polres Ende untuk perijinannya. Terima kasih Adi Mbuik yang menggratiskan peralatan band dan soundsystem, Bosan yang menggratiskan level-nya (panggung), Noel Fernandez yang menggratiskan kendaraan beroda empat pick up untuk loading peralatan, Nas dan Oliver yang mengatur soundsystem. Terima kasih mahasiswa Prodi Arsitektur Uniflor yang pinjaman tenaganya luar biasa! Terimakasih para musisi dan penyanyi: Majesty Band, Clavitura Band, Arch Band, Kiki Arubone, Celly Pula, Echa Adelina, Kristin, Angky Wa'u, Nely Sadipun, Amir Piru, Andra, Rapper Family Clan, Bocor, mahasiswi PBSI, Bento Beatbox, dan lain performer yang kalau tidak saya tulis bukan berarti sengaja tapi memang lupa heheh. Maklum masih pakai Pentium II ini otak saya.


Tidak lupa pula mereka-mereka yang berjuang (sejak inisiasi awal) di belakang panggung. Om Vicky Kelly dan Mami Lina Doke yang selalu siap rumahnya diributkan oleh kami; terutama Mami Lina yang selalu repot menyiapkan ini itu untuk kami; we love youuuu, Violin Kerong, Natalia Desiyanti, Oliver Bosch, Steven Allyenser, Varis Gella, David Mozzar (yang telah mendesain e-poster dan backdrop), Abang Buyung, Abang Rei, Jerro Larantukan, Om Paul Hanny Wadhi dengan video-nya yang mengiringi Lely Kara berpuisi, Yano Thedenz dengan Rapper Family Clan-nya, dan lain-lain nama yang tidak dapat saya tulis di sini satuper satu.

Mami Lina Doke, di samping kanan saya (saya berhijab pink) ialah seorang isteri (dari Om Vicky Kelly), seorang ibu, seorang wanita hebat, seorang sahabat, yang luar biasa. Saya kagum padanya to the moon and back!

Juga terima kasih untuk mereka-mereka yang telah mengirim video dukungan ibarat Gilang Ramadhan, Ivan Nestorman, Franco (Gemufamire), Lucky Reyner, Om Honing, Angelius Wake Kako, dan lain sebagainya.

Kita hebat?
Tentu, kita hebat.
#KitaHebat

Kita jago demi Nggela. 

Kalian semua hebat. Angkat topi saya untuk kalian. Karena solidaritas ialah nama tengah kita semua.

Boleh kecup satu satu? Hihihihi.

***

Selain penggalangan dana melalui panggung hiburan, teman-teman Relawan Taman Bung Karno Ende juga menggalang dana dengan menjual gantungan kunci dan kaos. Relawan Taman Bung Karno bukan gres sekali melaksanakan agresi sosial diantaranya menjual pin dan gantungan kunci untuk membeli sapu, gerobak, tempat sampah untuk Taman Bung Karno Ende; membantu merenovasi SDI Ratenggoji dengan 100an meja dan kursi, membantu renovasi dan/atau pembangunan rumah adat, membantu bayi yang mengalami dilema kesehatan, dan lain sebagainya. 

Untuk Nggela, agresi yang dilakukan ialah menjual kaos dan gantungan kunci yang manfaatnya diberikan kepada korban tragedi alam kebakaran Kampung Adat Nggela.


Bagi kalian yang mau membantu, siapapun, silahkan kirimkan kirimkan biaya kaos dan/atau gantungan kunci beserta ongkos kirim ke No rekening BRI 7886-01-000451-53-3 Atas nama Mukhlis A. Mukhtar dengan dua nomor unik terakhir 79. Lantas foto bukti pengiriman dan WA ke nomor 085239014948.

Berarti yang di luar tempat juga boleh donk? Ya tentu, boleh banget hehehe.


Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membantu bukan?

Nggela, kami latu untuk miu.

#NggelaKamiLatu
#NggelaBangkit



Cheers.