Rasulullah Is My Doctor
Suka menulis wacana tanaman herbal mengantar saya pada pencarian sebuah buku yang ditulis oleh (alm.) Profesor Hembing Wijayakusuma. Lemari buku saya memang tidak serapi lemari buku kalian, bahkan lemari buku ini terpaksa dijadikan satu dengan lemari pakaian sehabis lemari buku utama sudah sesak, haha. Iya, saya memang harus mencari rak buku atau lemari buku, lagi, untuk merapikan buku-buku yang menumpuk ini. Pencarian buku yang ditulis oleh sang profesor gagal, entah di mana buku itu, saya justru menemukan buku yang lain.
Baca Juga : Spy dan Melissa McCharty yang Menginspirasi
Buku yang lain itu berjudul Rasulullah is my Doctor, ditulis oleh Jerry D. Gray. Jerry ialah mualaf asal Amerika. Saya tidak menulis soal pilihan hidupnya, atau isi wacana industri kesehatan, saya menulis soal bukunya saja. Saya bukan pakar soalnya ha ha ha. Mari kita simak saja isi buku yang sangat bermanfaat ini.
Rasulullah is my Doctor memuat pengobatan yang disarankan oleh Nabi Muhammad SAW. Pada sampul buku kalian akan menemukan kutipan yang sangat menyentuh:
Allah tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali Dia juga menurunkan obatnya HR Bukhari.
Isi buku ini bahwasanya sederhana, wacana apa saja yang sanggup dipakai insan untuk menyembuhkan penyakitnya. Segalanya telah disediakan oleh Allah SWT melalui alam ini. Kecuali, ada satu pengobatan yang memang khusus di dalam Islam yaitu ruqyah. Tiga tema besar yang diangkat ialah Kedokteran Nabi, Ramuan Alami, dan yang terakhir Berbahaya Bagi Kesehatan Anda. Membaca ulang buku ini menghadirkan kebahagiaan tak terkira bagi saya ... seorang pecinta tanaman herbal. Qiqiqi.
Baca Juga : Still Love: To Love Somebody
Baca Juga : Still Love: To Love Somebody
Selain ruqyah yang niscaya diketahui oleh semua Umat Muslim, pengobatan herbal yang disarankan di sini ialah melalui: madu, jintan hitam, bawang merah dan bawang putih, jahe, garam, buah-buahan menyerupai jambu biji - kiwi - lemon - pepaya - jeruk - mangga (mangga yang konon manis untuk stamina itu-yang-tidak-saya-tulis-di-sini :p), kayu manis, cengkeh, cabe merah, singkong, bahkan lidah buaya. Lidah buaya! Yuhuuuu. Tidak disangka ternyata pengecap buaya yang pernah saya tulis itu juga tertulis di sini.
Bawang putih misalnya, bawang putih telah terbukti efektif dalam mengendalikan beberapa bisul sekunder yang berafiliasi dengan AIDS dan berdasarkan Duke, "dapat menangkal penyebaran HIV I dalam tubuh". Saran bagi penderita HIV positif, memakan 3-5 siung bawang putih setiap hari tiba dari eksekutif Immune Enhancement Project of Portland, Oregon, Amerika Serikat (Jerry D. Gray, 2010:183). Selain itu, bagi yang keracunan darah atau gigitan serangga, rendam bab luka dengan air bawang putih dan juga konsumsi bawang putih (Jerry D. Gray, 2010:183).
Bagaimana? Bagus bukan isinya? Saran saya, beli dan baca, niscaya tercerahkan.
Apakah dengan demikian saya tidak mau berafiliasi dengan dokter atau obat-obatan (kimia)? Ah tidak lah. Di dalam keluarga saya, satu ponakan saya ialah apoteker, satunya lagi ialah bidan. Kalau sakit yang menimpa eksklusif parah pun kami harus eksklusif ke IGD RSUD Ende untuk mendapat santunan pertama. Tetapi untuk pencegahan dan pengobatan yang sanggup memakai tanaman herbal ini. Kenapa tidak? Hehehe.
Segala sesuatu dalam hidup ini harus bersisian, berdasarkan saya. Kita tidak sanggup 'hidup sendiri', contohnya alasannya ialah suka herbal lantas menutup diri dari obat resep dokter. Itu salah. Buktinya saya. Mengobati luka dengan pengecap buaya, mengurangi kadar gula dalam darah dengan diet dan pengecap buaya (Insha Allah bakal mengkonsumsinya), sedangkan ketika flunya sudah tidak sanggup diatasi dengan minyak Varash alasannya ialah terlambat, saya meminum Trifed untuk mensegerakan flu ini lewat dari tubuh. Harus bersisian, harus seimbang.
Baca Juga : Sastra Indonesia dalam Kritik dan Esai
Baca Juga : Sastra Indonesia dalam Kritik dan Esai
Seperti kata HR Bukhari di atas tadi: Tuhan menurunkan penyakit, juga obatnya :)
Bagaimana dengan kalian?
Yuk, share.
Cheers.