25 Paroki Mautapaga, 73 Tni
Sabtu kemarin ada dua kegiatan yang aku ikuti. Kegiatan yang pertama yakni jalan sehat dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Paroki Santo Yosef Freinademetz atau Paroki Mautapaga yang ke-25. Kegiatan yang kedua yakni menonton perayaan Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia yang ke-73 di Lapangan Pancasila. Kedua kegiatan itu sangat menarik untuk ditulis di blog lantaran sama-sama melibatkan masyarakat umum tanpa kotak agama, kasta, pangkat, kekayaan, apalagi politik. Kebersamaan ini janganlah cepat berlalu *hayo, niscaya bacanya sambil nyanyi kan?* qiqiqi.
Baca Juga : Kita, Orang Indonesia
25 Tahun Paroki St. Yosef Freinademetz
Begitu pengumuman jalan sehat yang wajib kami ikuti sebagai partisipan dan bentuk apresiasi atas permintaan dari Panitia Hari Ulang Tahun Paroki Santo Yosef Freinademetz, atau lebih sering kami sebut Paroki Mautapaga, dipos di WAG Pegawai Yapertif, aku pribadi semangat. Dulu-dulu, aku paling ogah jalan pagi apalagi pukul 05.00 Wita sudah harus berkumpul di lokasi. Bahkan kegiatan setiap Sabtu pagi, jalan sehat bersama teman-teman kantor, pun jarang aku ikuti dengan banyak sekali lantaran *halah*.
Kenapa mendadakdangdut semangat?
Karena aku ingin menjajal, sudah hingga di mana kemampuan kaki aku kembali bisa berjalan jauh menyerupai dulu. Kalian niscaya tahu jikalau sudah hampir tiga ahad aku Jalan Malam Keliling Kota (JMKK) kan? Inilah saatnya menandakan bahwa JMKK telah sukses mengantar aku ke pintu gerbang kemerdekaan yang hakiki. Bebas dari kaki yang sudah terlalu usang dimanjakan. Harus dijajal!
Pukul 04.30 Wita alaram sudah meraung kesal, memaksa aku tinggalkan ranjang dan bersiap ke halaman Gereja sekaligus Paroki Mautapaga. Meskipun langit mendung, aku optimis topan niscaya berlalu sambil ngegas si Onif Harem (Oim Hitup nunggu di rumah, haha). Tiba di sana belum banyak orang. Sambil nongkrong bareng teman-teman, aku menghangatkan perut *tsah* denga kopi susu dari termos putih kesayangan. Tidak usang hujan turun membasahi bumi tanpa kompromi. Wah, acaranya maju jalan atau batal ini? Mengingat langit benar-benar gelap. Tuhan, tolong bantu panitia supaya hujan segera reda, do'a aku dalam hati.
Untungnya, sekitar pukul 07.00 Wita hujan pun reda dan kami mulai diarahkan untuk berbaris; dua dua, hehe. Drumband dari SMKN 1 Ende, atau lebih dikenal dengan nama SMEA, mulai pasang agresi di barisan paling depan, sementara nomor-nomor doorprize dibagikan oleh panitia. Jalan sehat pun dimulai. Saya dan Mila haha hihi, lantaran sepagi itu aku sudah bisa berdiri dan sudah ikut jalan sehat. Kejadian langka. Makanya Mila cuma bisa ketawa melihat aku semangat jalan kaki tanpa mengeluh letih.
Rute yang ditempuh yakni Jalan Gatot Soebroto, Jalan Baru menuju Jalan Anggrek, lewat di depan RRI, Jalan Durian, Jalan Eltari, kembali ke halaman Paroki Mautapaga. Bayangkan, untuk rute yang cukup jauh itu, aku tidak merasa letih, bahkan masih bisa berlari untuk mengejar barisan depan. Padahal barisan depan itu barisannya murid SD semua hahaha. Sampai teman-teman kantor pada sorakin, "TUMBEEEEN TUTEH JALAN PAGEEEE!" hihihi. Biarin weeeq. Pokoknya, sehabis menjajal jalan sehat ini, aku jadi tahu bahwa kaki aku sudah mulai bisa diajak kompromi; sudah bisa kembali diajak jalan jauh.
Baca Juga : Angkatan II Kelas Blogging NTT
Usai jalan sehat, kegiatan dilanjutkan dengan senam dengan pelatih sahabat sejati aku si Mei Ing alias Inggi dan pengambilan undian doorprize. Berharap sanggup hadiah? Iya, sih. Siapa sih yang tidak mau hadiah? Hehehe. Tapi tidak sanggup pun tidak dilema yang penting banyak nikmat yang aku capai dari kegiatan itu. Nikmat yang tidak tergantikan Rupiah: kebersamaan dengan teman-teman dan perasaan sehat ... itu pasti.
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh masyarakat Paroki Mautapaga; SD, SMP, dan Sekolah Menengan Atas se-lingkup Paroki Mautapaga; serta instansi terkait menyerupai Universitas Flores, beberapa bank, dan lain-lain.
75 Tahun TNI
Waktu aku dan Jalan Malam Keliling Kota (JMKK) pada Senin, 2 Oktober 2018, di Lapangan Pancasila, kami melihat layar super besar sedang men-display filem ihwal tentara. Itu bahwasanya bukan JMKK tapi jalan keliling lapangan haha. Di depan layar besar yang menghadap Pelabuhan Bung Karno itu, ada sebuah pick up dan sekelompok bapak-bapak sedang mengutak-atik proyektor. Nampaknya sedang ada uji coba lantaran sesekali pantulan proyektor bergerak-gerak mencari posisi yang pas. Kami, yang lalu-lalang mencari keringat, bertanya-tanya ... ada apa kah gerangan?
Baca Juga : Kita, Orang Indonesia
25 Tahun Paroki St. Yosef Freinademetz
Begitu pengumuman jalan sehat yang wajib kami ikuti sebagai partisipan dan bentuk apresiasi atas permintaan dari Panitia Hari Ulang Tahun Paroki Santo Yosef Freinademetz, atau lebih sering kami sebut Paroki Mautapaga, dipos di WAG Pegawai Yapertif, aku pribadi semangat. Dulu-dulu, aku paling ogah jalan pagi apalagi pukul 05.00 Wita sudah harus berkumpul di lokasi. Bahkan kegiatan setiap Sabtu pagi, jalan sehat bersama teman-teman kantor, pun jarang aku ikuti dengan banyak sekali lantaran *halah*.
Kenapa mendadak
Karena aku ingin menjajal, sudah hingga di mana kemampuan kaki aku kembali bisa berjalan jauh menyerupai dulu. Kalian niscaya tahu jikalau sudah hampir tiga ahad aku Jalan Malam Keliling Kota (JMKK) kan? Inilah saatnya menandakan bahwa JMKK telah sukses mengantar aku ke pintu gerbang kemerdekaan yang hakiki. Bebas dari kaki yang sudah terlalu usang dimanjakan. Harus dijajal!
Pukul 04.30 Wita alaram sudah meraung kesal, memaksa aku tinggalkan ranjang dan bersiap ke halaman Gereja sekaligus Paroki Mautapaga. Meskipun langit mendung, aku optimis topan niscaya berlalu sambil ngegas si Onif Harem (Oim Hitup nunggu di rumah, haha). Tiba di sana belum banyak orang. Sambil nongkrong bareng teman-teman, aku menghangatkan perut *tsah* denga kopi susu dari termos putih kesayangan. Tidak usang hujan turun membasahi bumi tanpa kompromi. Wah, acaranya maju jalan atau batal ini? Mengingat langit benar-benar gelap. Tuhan, tolong bantu panitia supaya hujan segera reda, do'a aku dalam hati.
Untungnya, sekitar pukul 07.00 Wita hujan pun reda dan kami mulai diarahkan untuk berbaris; dua dua, hehe. Drumband dari SMKN 1 Ende, atau lebih dikenal dengan nama SMEA, mulai pasang agresi di barisan paling depan, sementara nomor-nomor doorprize dibagikan oleh panitia. Jalan sehat pun dimulai. Saya dan Mila haha hihi, lantaran sepagi itu aku sudah bisa berdiri dan sudah ikut jalan sehat. Kejadian langka. Makanya Mila cuma bisa ketawa melihat aku semangat jalan kaki tanpa mengeluh letih.
Foto dari Mam Poppy Pelupessy.
Rute yang ditempuh yakni Jalan Gatot Soebroto, Jalan Baru menuju Jalan Anggrek, lewat di depan RRI, Jalan Durian, Jalan Eltari, kembali ke halaman Paroki Mautapaga. Bayangkan, untuk rute yang cukup jauh itu, aku tidak merasa letih, bahkan masih bisa berlari untuk mengejar barisan depan. Padahal barisan depan itu barisannya murid SD semua hahaha. Sampai teman-teman kantor pada sorakin, "TUMBEEEEN TUTEH JALAN PAGEEEE!" hihihi. Biarin weeeq. Pokoknya, sehabis menjajal jalan sehat ini, aku jadi tahu bahwa kaki aku sudah mulai bisa diajak kompromi; sudah bisa kembali diajak jalan jauh.
Baca Juga : Angkatan II Kelas Blogging NTT
Usai jalan sehat, kegiatan dilanjutkan dengan senam dengan pelatih sahabat sejati aku si Mei Ing alias Inggi dan pengambilan undian doorprize. Berharap sanggup hadiah? Iya, sih. Siapa sih yang tidak mau hadiah? Hehehe. Tapi tidak sanggup pun tidak dilema yang penting banyak nikmat yang aku capai dari kegiatan itu. Nikmat yang tidak tergantikan Rupiah: kebersamaan dengan teman-teman dan perasaan sehat ... itu pasti.
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh masyarakat Paroki Mautapaga; SD, SMP, dan Sekolah Menengan Atas se-lingkup Paroki Mautapaga; serta instansi terkait menyerupai Universitas Flores, beberapa bank, dan lain-lain.
75 Tahun TNI
Waktu aku dan Jalan Malam Keliling Kota (JMKK) pada Senin, 2 Oktober 2018, di Lapangan Pancasila, kami melihat layar super besar sedang men-display filem ihwal tentara. Itu bahwasanya bukan JMKK tapi jalan keliling lapangan haha. Di depan layar besar yang menghadap Pelabuhan Bung Karno itu, ada sebuah pick up dan sekelompok bapak-bapak sedang mengutak-atik proyektor. Nampaknya sedang ada uji coba lantaran sesekali pantulan proyektor bergerak-gerak mencari posisi yang pas. Kami, yang lalu-lalang mencari keringat, bertanya-tanya ... ada apa kah gerangan?
Ternyata dari warta sana sini, serta dari teman-teman TNI, aku jadi tahu bahwa bakal ada kegiatan dalam rangka Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia yang ke-73. Ulang tahun Tentara Nasional Indonesia memang jatuh pada tanggal 5 Oktober tetapi gelaran program akbarnya dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober. Yuhuuuu! Yang menarik yakni warta yang aku peroleh berikut ini pribadi dari Kelas Blogging NTT, Edwin Angkatan I, Bang Agung Angkatan II.
Informasi tersebut yakni adanya makan gratis bagi warga Kota Ende, Wisata Kota Gratis yaitu keliling kota memakai kendaraan truk patroli Tentara Nasional Indonesia dan bis wisata Sepur Kelinci, serta Nonton Bareng filem-filem diantaranya Profil Tentara Nasional Indonesia dan Profil Kodim 1602/Ende dan Merah Putih Memanggil.
Maka dengan niat pasti, sehabis Jum'at malam aku JMKK di Jalan El Tari dan Sabtu pagi mengikuti kegiatan di Paroki Mautapaga, maka kami serumah berniat untuk menyaksikan pribadi kemeriahan program tersebut di Lapangan Pancasila. Kami; saya, Ocha dan Thika. Mamatua dan Indra jaga gawang hahaha. Ternyata program dimulai dari sore sekitar pukul 17.00 Wita. Ah, kami perginya malam, menunggi si Thika pulang kuliah. Tidak masalah, masih banyak program yang bisa kami tonton dan/atau ikuti. Sekalian kami janjian pergi bareng Mila dan Aram.
Baca Juga : Kemajuan Peserta Kelas Blogging NTT
Tiba di Lapangan Perse, wuihhh banyaknya orang! Oia, dikala kami datang itu sedang berlangsung tarian Reog dari Paguyuban Orang Jawa di Ende. Cari-cari sana-sini, ketemulah Mila dan Aram. Nongkrong di tribun sambil menyaksikan keramaian Lapangan Pancasila. Usai pertunjukan Reog, ada pembacaan puisi oleh Komandan Kodim 1602/Ende Letkol Kav Suteja, S.H., M.Si., sambutan, program kembang api, dan tarian oleh ibu-ibu Persit. Setelah itu, MC yaitu Natalia Desiyanti mengumumkan ihwal makan gratis. Beberapa gerobak yang disediakan pribadi diserbu oleh pengunjung. Kami tidak berani ikut menyerbu lantaran yakin niscaya berdesak-desakan dan itu bikin keki.
Ocha dan Thika menentukan untuk ikutan wisata keliling kota.
Setelah balik dari wisata keliling kota itu, sempat membeli minuman saja sambil menonton filem dari jarak yang tidak mengecewakan jauh. Meskipun tidak bisa fokus menonton filem, tapi setidaknya kami hepi bisa mengikuti kegiatan Tentara Nasional Indonesia tersebut.
Apabila tidak mengingat waktu kami bisa mengobrol hingga pagi hahaha. Sudah pukul 21.30 Wita, saatnya pulang.
Terimakasih Paroki Mautapaga.
Terimakasih TNI.
Pada HUT Tentara Nasional Indonesia ke-71, aku (bersama Cahyadi dan Kakak Pacar) pernah dimintai dukungan oleh Bapak Kapolres untuk mendokumentasikan video kerja sama Tentara Nasional Indonesia dan POLRI di Lapangan Pancasila. Mereka membawakan atraksi tarian dan lain sebagainya, kerjasama dengan SMAN 1 Ende dengan koreografer Rikyn Radja dan pelatin paduan bunyi Stanis More. Ternyata videonya belum diunggah ke Youtube, tapi masih ada di laptop aku haha. Kolaborasi itu keren sekali, kawan! Nanti deh gres diunggah.
Ini foto waktu itu. Wajib pakai rompi ini supaya bisa seliweran di dalam lapangan tanpa ditegur apalagi ditahan qiqiqiq:
Cheers.
Baca Juga : Kemajuan Peserta Kelas Blogging NTT
Tiba di Lapangan Perse, wuihhh banyaknya orang! Oia, dikala kami datang itu sedang berlangsung tarian Reog dari Paguyuban Orang Jawa di Ende. Cari-cari sana-sini, ketemulah Mila dan Aram. Nongkrong di tribun sambil menyaksikan keramaian Lapangan Pancasila. Usai pertunjukan Reog, ada pembacaan puisi oleh Komandan Kodim 1602/Ende Letkol Kav Suteja, S.H., M.Si., sambutan, program kembang api, dan tarian oleh ibu-ibu Persit. Setelah itu, MC yaitu Natalia Desiyanti mengumumkan ihwal makan gratis. Beberapa gerobak yang disediakan pribadi diserbu oleh pengunjung. Kami tidak berani ikut menyerbu lantaran yakin niscaya berdesak-desakan dan itu bikin keki.
Ocha dan Thika menentukan untuk ikutan wisata keliling kota.
Setelah balik dari wisata keliling kota itu, sempat membeli minuman saja sambil menonton filem dari jarak yang tidak mengecewakan jauh. Meskipun tidak bisa fokus menonton filem, tapi setidaknya kami hepi bisa mengikuti kegiatan Tentara Nasional Indonesia tersebut.
Apabila tidak mengingat waktu kami bisa mengobrol hingga pagi hahaha. Sudah pukul 21.30 Wita, saatnya pulang.
Terimakasih Paroki Mautapaga.
Terimakasih TNI.
***
Pada HUT Tentara Nasional Indonesia ke-71, aku (bersama Cahyadi dan Kakak Pacar) pernah dimintai dukungan oleh Bapak Kapolres untuk mendokumentasikan video kerja sama Tentara Nasional Indonesia dan POLRI di Lapangan Pancasila. Mereka membawakan atraksi tarian dan lain sebagainya, kerjasama dengan SMAN 1 Ende dengan koreografer Rikyn Radja dan pelatin paduan bunyi Stanis More. Ternyata videonya belum diunggah ke Youtube, tapi masih ada di laptop aku haha. Kolaborasi itu keren sekali, kawan! Nanti deh gres diunggah.
Ini foto waktu itu. Wajib pakai rompi ini supaya bisa seliweran di dalam lapangan tanpa ditegur apalagi ditahan qiqiqiq:
Cheers.